Indonesia keberatan atas VPA Malaysia


JAKARTA. Perkembangan terbaru negosiasi penjanjian bilateral (bersifat sukarela) atau biasa disebut voluntary partnership agreement (VPA) antara Malaysia sebagai salah satu negara penghasil kayu dengan Uni Eropa menuai protes dari pengusaha kayu Indonesia. Mereka menganggap, Uni Eropa tidak adil.

Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo) melihat ada persoalan dalam aturan itu. Sebab, proses sertifikasi status legal kayu yang hanya berlaku pada kayu dari Malaysia semenanjung, dan tidak berlaku untuk kayu dari Borneo, itu tidak adil. "Kita tahu, banyak kayu ilegal Indonesia berada di sana," kata Robianto Koestomo, anggota Apkindo dan Ketua Komite Industri Produk Hutan Kadin.

Sekadar menyegarkan ingatan, mulai tahun 2013, Uni Eropa akan memberlakukan aturan Forest Law Enforcement Governance and Trade (FLEGT) yang intinya, hanya membolehkan kayu legal yang bisa masuk ke 27 negara anggota Uni Eropa.

Nah, menurut Robianto, dalam pertemuan di Brussel, Belgia, pekan lalu, negosiator Uni Eropa John Bazil membenarkan bahwa Malaysia hanya akan meneken VPA untuk kawasan semenanjung. Tentu saja, langkah ini langsung diprotes oleh Apkindo.

Sebab, meski hanya menyetujui pengiriman dari semenanjung, toh kayunya juga berasal dari Borneo yang kebanyakan juga didatangkan secara ilegal dari Indonesia. Karena itu, Robianto telah menyampaikan keberatan pada Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Julian Wilson, kemarin (20/9).

Tapi, Wilson mengaku belum mengetahui perkembangan itu. "Saya belum menerima kabar itu, nanti akan saya cek," ujarnya. Sebaliknya, ia lebih menyarankan Indonesia berfokus pada penerapan sistem legalisasi kayu atau sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) yang sudah dimiliki.

Maklum, di antara negara pengekspor kayu ke Eropa, baru Indonesia yang memiliki sistem SVLK. "Sistem memang sudah diterima oleh Uni Eropa dan termasuk dalam VPA Indonesia-Uni Eropa," tambah Robianto. Indonesia memang sudah merampungkan negosiasi VPA sejak Mei 2011. Saat ini, Apkindo sedang ujicoba verifikasi 10 produk kayu.

Di antara negara pengekspor kayu ke Eropa, Indonesia memang menjadi negara Asia pertama yang telah meneken VPA. Selain Indonesia, ada empat negara Afrika yang sudah menekennya, yakni Kamerun, Kongo, Republik Afrika Tengah, dan Ghana.

Kemudahan negara yang sudah meneken perjanjian VPA memang dapat mengekspor kayu ke Eropa lewat jalur hijau alias tanpa pemeriksaan. Sebaliknya, negara pengekspor yang belum memiliki VPA dengan Uni Eropa harus melalui proses uji tuntas (due diligence) asal kayu.


Sumber : http://industri.kontan.co.id/v2/read/1316575577/77927/Indonesia-keberatan-atas-VPA-Malaysia-

read more “Indonesia keberatan atas VPA Malaysia”

2013, Ekspor kayu Indonesia sudah bersertifikat SVLK

JAKARTA: Setidaknya 75% pasar kayu tujuan ekspor dari Indonesia telah mengantongi sertifikat verifikasi dan legalitas menyusul pemberlakuan secara penuh kerja sama kehutanan dengan Eropa.
Mulai Maret 2013 hanya perusahaan-perusahaan kayu yang mengantongi sertifikat sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) saja yang boleh mengekspor kayu ke Uni Eropa.
Hingga saat ini baru 125 perusahaan kayu berbagai jenis yang memiliki sertifikat SVLK. Sertifikat yang menunjukkan legalitas kayu ini belum diterapkan secara penuh oleh Indonesia dan pasar Uni Eropa sekarang.
Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan Kementerian Kehutanan Muhammad Firman mengatakan sejak Maret 2013 pemerintah Indonesia dan pemerintah negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa sudah menerapkan secara penuh Forest Law Enforcement Governance and Trade Voluntary Partnership Agreement (FLEGT-VPA).
Dari perjanjian itu mereka berharap para perusahaan kayu di Indonesia sudah punya sertifikat SVLK yang sehingga kayu-kayunya dapat diterima di pasar Uni Eropa.
“Medio 2012 atau akhir Februari 2013 batasnya. Kayu tanpa SVLK tak boleh masuk di sana [Uni Eropa]. Kami targetkan pada 2013 sudah bisa 75% [dari total perusahaan kayu di Indonesia] memiliki SVLK. Kami arahkan pada 2014 suka tak suka dia sudah harus punya SVLK,” kata Firman di Jakarta hari ini.
Sisanya, yakni 25% dari jumlah seluruh perusahaan kayu di Indonesia diarahkan ke pasar yang tidak perlu sertifikat SVLK.
Pemerintah yang dipimpin Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan Iman Santoso datang ke Brussel, Belgia pada 14 hingga 16 September 2011.
Di sana pemerintah Indonesia dan Uni Eropa mengadakan legal scrubbing dokumen perjanjian FLEGT VPA. Juga sosialisasi SVLK bagi kedutaan besar dan pejabat ekonomi perwakilan Indonesia di negara-negara anggota Uni Eropa.
“Dengan negosiasi 4 tahun--7 tahun, mereka akhirnya sepakat sistem legalisasi Indonesia sudah sesuai dan diterima,” kata Iman. (arh)
read more “2013, Ekspor kayu Indonesia sudah bersertifikat SVLK”

SVLK BERLAKU MULAI MARET 2013


Indonesia dan Uni Eropa meneken perjanjian perdagangan yang diharapkan dapat lebih melindungi hutan Indonesia dari tangan penjarah kayu ilegal. Perjanjian tersebut merupakan sertifikasi kayu yang akan dijual ke UE sehingga selain melarang penjualan kayu ilegal, pembeli juga dilarang membeli kayu tanpa sertifikasi legal.

Penyelesaian negosiasi perjanjian kerja sama sukarela (VPA) dalam penegakan hukum, ketatalaksanaan, dan perdagangan di bidang kehutanan (FLEGT) tersebut diumumkan dalam pernyataan bersama yang ditandatangani Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dengan Komisioner Perdagangan UE Karel de Gucht, Rabu (4/5). Penandatanganan dan ratifikasi VPA tersebut dijadwalkan akan berlangsung September nanti sementara penerapan lisensi FLEGT melalui Regulasi Kayu UE akan dimulai Maret 2013.
“Ini sangat berarti karena kalau pembeli ada terus-menerus, jangan salahkan kita. Kalau pembeli masih membeli kayu laundering, log laundering, tentu tidak fair kalau negara pembeli menuntut kita jaga alam,” tukas Zulkifli di Hotel Kempinski, Jakarta.
Sertifikasi kayu yang diakui UE nantinya akan dikeluarkan oleh lembaga independen yang saat ini sudah mengeluarkan sertifikasi kayu. Standard sertifikasi inilah yang diatur dengan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).
Sementara itu, pemerintah juga akan mengaudit legalitas produsen serta industri pemroses dan eksportir kayu yang seluruhnya berjumlah 4.500 perusahaan, Audit tersebut merupakan tindaklanjut VPA ini untuk menjamin legalitas produk kayu, pulp dan kertas yang diekspor ke UE.

Sertifikasi ini, menurut Duta Besar Inggris untuk Indonesia Martin Hartfull, tidak akan mengganggu perdagangan Indonesia dan UE. Ini justru akan membuka pasar UE lebih luas lagi bagi Indonesia. “VPA ini penting untuk perdagangan kedua negara. Karena bukannya menjadi hambatan perdagangan, VPA ini akan membuka akses pasar Eropa lebih luas pada Indonesia, karena kayu yang bersertifikat akan langsung dikenali asalnya,” ujarnya.

Inggris merupakan importir kayu terbesar di Eropa. Kayu Indonesia senilai US$1,48 miliar diekspor ke Inggris pada tahun lalu. Total ekspor kayu Indonesia ke Uni Eropa mencapai harga US$9,71 miliar. Jumlah tersebut merupakan 33% dari total ekspor kayu Indonesia. Dengan perjanjian baru ini, diharapkan pasar kayu Indonesia ke Eropa semakin terbuka sehingga ekspor kayu bisa naik hingga 10%.

Selain memperbesar ekspor, pemerintah meyakini perjanjian ini akan semakin mematikan pembalakan liar di Indonesia. Dengan tidak adanya pembeli di Eropa, angka pembalakan liar, yang menurut Hartfull sudah turun 95% tahun lalu, akan semakin turun lagi. Namun, Kemenhut tidak memiliki data mengenai berapa besar hutan yang dijarah.

Apa itu VPA?

Voluntary Partnership Agreement (VPA) merupakan kesepakatan yang mengikat antara negara-negara Uni Eropa dengan mitra negara-negara penghasil dan eksportir kayu untuk secara bersama-sama mempromosikan perdagangan kayu legal melalui penetapan skema sertifikasi kayu legal. Kesepakatan ini dibuat secara sukarela (voluntary) antara Uni Eropa dengan negara penghasil/eksportir kayu, namun apabila VPA telah disepakati/ditandatangani, maka akan bersifat wajib (mandatory) bagi kedua belah pihak untuk mentaatinya (binding).

Apa kaitan SVLK dengan VPA?

Pada bulan Oktober tahun lalu, Uni Eropa telah mengadopsi Timber Regulation untuk menghambat beredarnya kayu ilegal di pasar Eropa. Timber Regulation akan mulai efektif berlaku sejak 3 Maret 2013. Mulai saat itu import kayu ke negara-negara anggota Uni Eropa yang berasal dari negara-negara yang ditengarai terjadi illegal logging akan dilakukan due diligence untuk menghindari masuknya kayu-kayu illegal ke pasar Uni Eropa. Due diligence dan Timber Regulation tidak berlaku manakala suatu negara eksportir kayu seperti Indonesia menandatangani VPA dengan Uni Eropa, atau dengan perkataan lain melalui “green lane”.

Bagaimana kesesuaian SVLK dan VPA?

Sejak Januari 2007, Indonesia dan Uni Eropa telah melakukan perundingan mengenai VPA. Tiga kali pertemuan tingkat Pejabat Tinggi (SOM), tujuh kali pertemuan teknis (Technical Working Group) dan tujuh kali pembahasan pada level expert dan tujuh kali Digital Video Conference telah dilaksanakan. Hasilnya sangat menggembirakan dimana SVLK dinilai sesuai dengan harapan Uni Eropa mengenai VPA.

Kapan negosiasi VPA dapat diselesaikan?

Pertemuan TWG-7 terakhir (12-13 April 2011) dilanjutkan dengan SOM-3 (15 April 2011) di Brussels, negosiasi FLEGT-VPA antara Indonesia dan Uni Eropa dapat diselesaikan (conclude), meliputi legal text (25 artikel) dan 9 Annexes. Selanjutnya, akan dilaksanakan penandatanganan Naskah VPA antara Sekjen Kementerian Kehutanan dengan Duta Besar Uni Eropa di Indonesia, sekaligus sebagai dasar Uni Eropa untuk meratifikasi melalui Parlemen. Selain itu, penandatangan Joint Statemant FLEGT-VPA antara Menteri Kehutanan dengan Commisioner perdagangan Uni Eropa, pada tanggal 4 Mei 2011 di Jakarta. Setelah itu direncanakan penandatangan FLEGT-VPA antara Indonesia dan Uni Eropa akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 yang sekaligus sebagai dasar proses ratifikasi melalui Peraturan Presiden. Apabila hal ini terjadi, maka Indonesia akan menyusul negara-negara Afrika (Ghana, Kamerun, Kongo) yang telah terlebih dahulu menandatangani VPA dengan Uni Eropa. Lebih dari itu, Indonesia akan menjadi negara Asia pertama yang mempunyai VPA, karena perundingan Malaysia dan Vietnam dengan Uni Eropa belum memperlihatkan kemajuan yang berarti.

Apa langkah-langkah setelah penandatanganan VPA?

Sebelum diberlakukan Due Dilligent Regulation/EU Timber Regulation secara penuh pada tanggal 3 Maret 2013, Indonesia masih mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba implementasi VPA, yang dapat dimulai dengan industri panel dan wood working, kemudian industri pulp & paper dan selanjutnya industri furnitur. Bersamaan dengan itu, Indonesia juga dapat melakukan evaluasi terhadap SVLK yang telah dibangun. Adapun roadmapnya direncanakan meliputi : 1) 4 Mei 2011 : pemarafan legal text dan Annexes VPA antara Sekjen Kementerian Kehutanan dengan Duta Besar UE di Indonesia dilanjutkan dengan Joint Statement Komisioner Perdagangan UE dan Menteri Kehutanan tentang berakhirnya (conclude) negosiasi VPA; 2) Mei – Agustus 2011 : pembentukan Komite Persiapan Bersama (Joint Preparatory Committee), penyiapan TOR strategi bersama implementasi VPA; 3) September 2011 : pertemuan JPC pertama untuk membahas perkembangan strategi bersama; 4) Okober 2011 : Penandatangan FLEGT-VPA di Indonesia dan mulainya proses ratifikasi Indonesia; 5) Januari – April 2012 : penggunaan dokumen V-Legal untuk produk 11 HS Code (panel kayu, wood working dan prefab) dan uji coba penggunaan FLEGT-License; 6) Januari 2013 : perluasan penggunaan dokumen V-Legal untuk semua produk sesuai Lampiran 1 VPA = 48 HS Code (penambahan pulp dan kertas serta furnitur) serta pengiriman pertama FLEGT-License secara formal ke Uni Eropa.

Terkait kesiapan unit usaha, pada High Level Market Dialogue yang dilaksanakan di hotel Sultan pada tanggal 10 Maret 2011, Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI), MPI, APHI, ISWA, APKINDO, APKI dan ASMINDO telah mendeklarasikan dan menyatakan komitmennya untuk menerapkan SVLK dan PHPL dalam kegiatan bisnis mereka.

Apa keuntungan menandatangani VPA?

Dengan penerapan verifikasi legalitas kayu Indonesia, termasuk dalam rangka implementasi VPA, maka pada prinsipnya semua produk perkayuan yang dieksport dari Indonesia (termasuk ke Uni Eropa) wajib terlebih dahulu diverifikasi legalitasnya melalui SVLK. Hal ini akan merupakan instrumen baru dalam kerangka perdagangan (ekspor) produk perkayuan Indonesia dimana setiap ekspor akan diwajibkan melampirkan dokumen legalitas (V-Legal document) sebagai dokumen tambahan pada Pemberitahuan Ekpor Barang (PEB). Incentive yang akan diperoleh Indonesia dengan mekanisme ini antara lain adalah pasar yang akan terbuka luas karena terhindar dari isu illegal logging. Bagi pasar Eropa, kayu Indonesia dengan sertifikat V-Legal akan melalui “green-lane” sehingga tidak memperoleh kesulitan pengakuan legalitasnya.

Kedepannya, SVLK tidak hanya akan diberlakukan untuk pasar UE. Kemenhut berencana untuk menerapkannya bersama United States Lacey Act untuk Amerika Serikat, juga dengan pengusaha Jepang.

Sumber : 1. Media Indonesia, dikutip dari www.mfp.or.id, dan

2. http://forestindonesia.wordpress.com

read more “SVLK BERLAKU MULAI MARET 2013”

IFFINA 2012


IFFINA 2012 - IFFINA as one as the biggest furniture exhibition in Indonesia will present you the outmost quality of wide range Indonesia's furniture and handicraft products.

IFFINA 2012 will feature more than thousands of potensial buyers,be a part of The biggest Furniture Fair in Indonesia .Made a good beginning in your business by becoming part of this event in the most beauty and unique exhibition on furniture in Indonesia most exotics country.

Why Should Visit?

IFFINA - The 5th International furniture and Craft Fair Indonesia, Nowadays become a premiere furniture exhibition in Indonesia,getting better and more attractive. for the fourth time IFFINA will bring experience and a trade fair exhibition which presents Magnificient and fascinating products in Indonesia

VISA FREE

11 countries and territories are eligible for a "Visa Free" facility. Those holding valid passports from the following countries will be granted a non-extendable 30-day Visa-Free Short Visit Permit upon arrival at an Indonesian international gateway without charge

Why Must Exhibit?

Simple answer for the questions above, the key is all that effective and efficient in summarizing all the events are all in it IFFINA. exhibition from potential buyers,exhibitor who sells quality products, and visitors who were very enthusiastic to this exhibition, make this event as your pacer into the furniture business world

WHAT THEY SAY ABOUT IFFINA

It seams that IFFINA now is accepted by European buyers. If you ad visitors from Western and Eastern Europe, Europeans have the highest share of all visitors. Of course the first reason for the success of IFFINA are the exhibitors and there products. Another reason is the professional organization of Dyandra Promosindo. This year IFFINA could offer all services you know from other international fairs and events like f.e. the perfect working shuttle service from and to the hotels. Also the infra structure on the fairground can compete with other shows like f.e. restaurants or the buyers lounge. Also the press center has reached a high standard. There are other, bigger fairs which offer less service. There are only a few fairs where journalists can find computers easily without waiting in a queue. IFFINA is on a real good way if organizers find always a good date within the Asean Furniture Fair Circuit. This event can have a great future." –Helmut Merkel (editor in chief of MOBELMARKT), Germany

read more “IFFINA 2012”

Selamat Idul Fitri 1432 H


Segenap Pengurus dan Staff
ASMINDO KOMDA JEPARA

mengucapkan

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1432 H
Taqoballahu Minna Waminkum
Minal Aidin Wal Faizin
Mohon Maaf Lahir dan Bathin



read more “Selamat Idul Fitri 1432 H”

Industri mebel diminta antisipasi peningkatan kualitas produk China


JAKARTA : Industri mebel diminta waspada atas dominasi produk China yang akan meningkatkan kualitasnya ke pasar menengah atas meskipun neraca perdagangan ekspor terhadap impor pada industri mebel dan komoditasnya masih surplus.

Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar mengatakan pada tahun lalu ekspor mebel dan komoditas terkaitnya menembus US$2 miliar terus menunjukkan pemulihan dibandingkan dengan kondisi 2009 senilai US$1,6 miliar atau tumbuh sekitar US$400 juta.

Di sisi lain, lanjutnya, volume impor mebel memang meningkat sekitar 62% namun total kenaikannya hanya sekitarnya US$226 juta terutama dengan membanjirnya produk mebel asal China.

"Namun industri mebel harus mencermati pergerakan China yang memiliki pembangunan ekonomi jangka panjang untuk mengubah struktur industri dari produk massal (murah) ke industri yang menghasilkan produk berkualitas termasuk dalam produk mebel," jelasnya akhir pekan lalu.

Mahendra menuturkan di sisi lain penguasaan China atas impor produk mebel ke Indonesia melesat tinggi hingga 52% termasuk di negara kawasan dan bahkan dunia.

Kondisi itu, lanjutnya, bagi industri mebel merupakan tantangan untuk menyiapkan strategi pengembangan mebel yang semakin berkualitas sehingga ke depan tidak perlu mengejar produk murah tapi lebih memprioritaskan produk berkualitas.

Dia menambahkan kondisi industri mebel dilihat dari tujuan ekspor mayoritas masih ke Amerika Serikat, Jepang, Eropa yang kondisinya masih menghadapi tantangan pemulihan ekonomi. Padahal transaksi ekspornya menguasai hingga 70% dari total ekspor mebel Indonesia.

Untuk itu, katanya, penguatan produksi dan prosesnya harus mengaju pada keberlanjutan bahan baku, sehingga pemerintah melalui Kemenhut mengeluarkan sistem verifikasi legalitas kayu yang akan diterapkan bertahap dan akan menyeluruh.

Artinya, sambung dia, penerapan sistem verifikasi itu harus lebih cepat dari negara lain agar industri mebel dan komoditas berbasis kayu didalam negeri semakin berdaya saing serta akan memperketat masuknya produk kayu impor.

Di samping itu, industri mebel harus mampu melakukan penetrasi pasar ke Timur Tengah, Amerika Latin dan Asia Tengah untuk mengurangi ketergantungan ekspor yang 70% ke AS dan Eropa.

"Satu lagi mebel Indonesia jangan mengambil fokus pada produk harga rendah karena nilai tambahnya sangat rendah, produk semacam itu sulit berkembang di pasar ekspor karena tidak me miliki keunikan desain dan branding sebagai kunci dan kekuatan untuk bertumbuh."

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Ambar Tjahyono mengutarakan industri furniture di dalam negeri memang mengejar pangsa pasar menengah atas sehingga sangat memperhatikan kualitas.

Saat ini, katanya, sedikitnya 200 perusahaan yang tergabung di Asmindo telah mengantongi sertifikasi legalitas atas penggunaan bahan baku kayu sehingga produknya terbuka luas di pasar ekspor.

"Bahkan kami mendapat pengakuan sebagai industri yang green product dari beberapa NGO yang fokus pada lingkungan hidup di dunia dan mendukung sepenuhnya program IFFINA sebagai kapal bagi industri mebel untuk menumbuhkan ekspor."

Ambar menambahkan pada tahun ini Asmindo menargetkan kinerja ekspor mebel dan kerajinan akan mencapai US$3 miliar dan dari pekan promosi yang digelar 11-14 Maret 2011 ditargetkan terjadi transaksi US$400 juta. (ln)

read more “Industri mebel diminta antisipasi peningkatan kualitas produk China”

Pameran Dongkrak Penjualan Mebel


JAKARTA - Pelaku usaha mebel dalam negeri terus memacu pasar ekspor. Mereka aktif menggelar pameran dengan tujuan menarik pembeli dari luar negeri sehingga bisa mendongkrak penjualan. Termasuk momen Pameran Mebel dan Kerajinan Internasional (International Furniture & Craft Fair Indonesia atau Iffina) 2011.

Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono mengatakan pameran bisa mendongkrak kinerja industri mebel. Respons positif pembeli tersebut membuat Asmindo optimistis target transaksi selama Iffina serta tiga bulan ke depan bisa meraup USD 400 juta. Target tersebut naik dari tahun lalu sebesar USD 350 juta.

"Untuk menjaga pasar, kami akan menggelar pameran lagi September nanti," tandas Ambar kemarin (14/3). Dijelaskan, pameran tersebut sama-sama untuk mendukung pelaku usaha dalam negeri tapi dengan konsep berbeda. Ditargetkan untuk pameran nanti bisa meraih omzet sebesar USD 250 juta.

Dilanjutkan pameran tersebut bisa dibilang terbaik di ASEAN. Dari sisi pembeli, pameran itu mendatangkan 3.500 calon pembeli dari 120 negara. Antara lain, Amerika, Afrika dan Australia. Menurut dia, pembeli dari berbagai negara tersebut tertarik karena industri dalam negeri bisa menampilkan produk yang memiliki inovasi desain.

Secara terpisah Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Seluruh Indonesia (Amkri) Hatta Sinatra mengatakan pengusaha rotan tidak berharap besar dari pameran. Akan tetapi minimal lewat pameran bisa membuat mereka tetap eksis di kalangan pembeli dari luar negeri. "Biasanya kalau pameran malah tidak ada transaksi," kata dia.

Dia menuturkan, kendati tidak memiliki transaksi langsung tapi minimal bisa memberi dampak jangka panjang terutama pasar ekspor. Dijelaskan penjualan ekspor rotan 2010 lalu sebesar USD 150 juta. Selama ini negara tujuan utama ekspor rotan antara lain ke Eropa, Amerika, Afrika, Timur Tengah dan ASEAN.

Target tahun ini, lanjut Hatta, diperkirakan tidak bisa melebihi pencapaian tahun lalu. Malah, bisnis mereka kian tertekan pada tahun ini. "Antara lain karena nilai dolar melemah, ditambah harga bahan baku naik. Sementara kami tidak menaikkan harga produk," urai dia.

Karena itu kami aktif ikut pameran di dalam negeri maupun luar negeri. dijelaskan, selain Iffina, mereka mengikuti pameran di Jerman. Dan bulan depan berencana mengikuti pameran di Amerika. "Selama Iffina kemarin ada 100 pengusaha mebel rotan ikut pameran tersebut," ujarnya. (res)
read more “Pameran Dongkrak Penjualan Mebel”

Hari Ini Rupiah Melemah


Jakarta, CyberNews. Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, pagi ini, Kamis (24/3) melemah sebesar 3 poin. Nilai tukar Rupiah pagi ini turun menjadi Rp 8.721 dibanding pada hari sebelumnya Rp 8.718.

Pengamat valas Lana Soelistianingsih di Jakarta mengatakan, sebagian besar pasar uang Asia melemah. Termasuk nilai tukar rupiah ditutup melemah pada pagi ini, Kendati sebagian bursa Asia ditutup berada dalam posisi positif termasuk Indeks BEI.

"Sentimen pasar Asia tampaknya masih turun-naik atau berfluktuasi," kata Lana.

Perkembangan di Jepang, Lana menambahkan, jelas akan mempengaruhi pergerakan pasar valas Asia termasuk untuk rupiah. Kendati demikian pergerakan rupiah juga sangat tergantung pada faktor eksternal yaitu modal asing yang masuk ke Indonesia.

Ia mengatakan, masuknya modal asing ke pasar Indonesia masih menjadi faktor utama nilai tukar rupiah menguat. Pada jangka menengah rupiah masih mempunyai ruang penguatan.

Saat ini, kata dia, investor asing lebih memilih Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN) karena risiko relatif lebih terukur, sedangkan harga saham Indonesia sudah dianggap cukup tinggi dengan sentimen risiko yang lebih rentan.

Ia memperkirakan perdagangan pasar uang hari ini, rupiah akan relatif stabil dengan kecenderungan sedikit melemah, dengan kisaran antara Rp.8.720 s.d Rp.8.730 per dolar AS.

read more “Hari Ini Rupiah Melemah”

Rupiah Menguat, Laba Eksportir Tergerus


Solo, CyberNews. Menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, rupanya berdampak negatif bagi kalangan eksportir. Penguatan tersebut telah menggerus laba dalam perdagangan lintas negara yang menggunakan Dollar sebagai alat pembayaran.

Pemilik Toko Batik Puspa Kencana Achmad Sulaiman mengemukakan, penguatan nilai tukar Rupiah membuatnya harus melakukan penyesuaian perhitungan keuangan perusahaan. Kendati sebanyak 500 hingga 1.000 potong batik dikirim untuk tujuan Malaysia, perhitungan harga tetap menggunakan Dollar AS.

"Bulan lalu, kami masih menggunakan perhitungan 1 Dollar AS dihargai Rp 8.900. Namun, pada kontrak bulan ini sudah menggunakan perhitungan baru. Di mana 1 Dollar AS dihargai Rp 8.600. Mau tidak mau, laba kami sedikit terpangkas," kata dia yang sudah mengekspor batik sejak 1992 silam.

Dia memperhitungkan, setidaknya 5 persen laba tergerus akibat penguatan nilai tukar Rupiah. Hal ini terjadi akibat penentuan harga barang dilakukan di awal perjanjian. Sementara, dibutuhkan waktu setidaknya satu bulan hingga barang diterima pemesan.

"Sudah menjadi resiko eksportir, kalau selama selang waktu itu nilai tukar Rupiah turun. Namun, jika kurs sampai anjlok di luar perhitungan kami, biasanya kami akan meminta nego ulang kepada pemesan," jelasnya.

Akibatnya, baik laba dan penerimaan semakin tergerus. Selain nilai tukar, industri mebel juga masih dihadapkan dengan permasalahan naiknya bahan baku, tarif dasar listrik, UMR, hingga bahan cat.

"Harga Dollar AS sebesar Rp 9.000 merupakan nilai tukar paling ideal. Dengan patokan tersebut, eksportir mebel diperkirakan masih mendapat laba yang optimal," ungkapnya.

read more “Rupiah Menguat, Laba Eksportir Tergerus”

Tsunami Jepang : Ekspor Mebel DIJ Gusar


JOGJA – Terjadinya tsunami di Jepang dipastikan akan berimbas pada ekspor mebel dan kerajinan dari Provinsi DIJ. Meski diakui, saat ini belum ada tanda-tanda, namun ancaman seretnya ekspor ke Negeri Sakura itu dipastikan akan terjadi.
Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) DIJ Drs Yuli Sugiarto Memang mengatakan, selama ini ada beberapa jenis kerajinan dan mebel dijual ke Jepang.
“Kota-kota seperti Tokyo, Osaka dan Kobe selama ini menjadi pangsa pasar kami,” katanya. Diakui, kota-kota yang disebut itu tidak terkena dampak tsunami yang parah seperti di Sendai. Sehingga belum ada pembatalan pesanan dari pihak Jepang.
Namun jangka yang agak panjang, tsunami itu diyakini akan berpengarus. Hal itu terkait jalur transportasi dan distribusi yang akan mengalami gangguan.
“Pembelian produk mebel dan kerajinan biasanya merupakan pesanan jangka panjang, sehingga yang dimungkinkan adalah masalah penundaan dalam pendistribusiannya,” jelasnya.
Selama ini, prosentase pengiriman mebel dan kerajian dari Jogjakarta ke Jepang memang tidak begitu besar. Namun pengiriman kayu lapis ke Jepang tergolong sangat tinggi. “Sehingga yang paling terasa nanti adalah pengiriman kayu lapis ini,” lanjutnya.
Yuli memprediksikan bahwa recovery bencana di Jepang akan berpengaruh pada perekonomian global. Para pengusaha mebel yang tergabung dalam Asmindo DIJ mengakui ancaman kondisi ekonomi global tersebut. “Harapannya sih hanya penundaan saja dan bukan pembatalan,” katanya.
Seandainya itu harus terjadi, para pelaku industri mebel dan kerajinan di DIJ diminta bisa legowo. Toh selama ini, Jepang bukan merupakan pasar terbesar ekspor mebel dan kerajinan dari DIJ. Menurutnya, pasar terbesar ekspor mebel dan kerajinan DIJ masih pada Amerika dan Eropa. (hes)
read more “Tsunami Jepang : Ekspor Mebel DIJ Gusar”

NAMA-NAMA 15 FINALIS IFDC 2010



Berikut Daftar Nominasi IFDC 2 ( Indonesia Furniture Design Competition ) tahun 2010-2011

NO NAMA NAMA KARYA ASAL KOTA NO. KARYA DESIGN


1. SUSKARIYANTO KAWUNG COFFEE TABLE JEPARA 27

2. HOTMA SIAHAAN MANDO BANDUNG 185

3. DODIK WAHYU SAGUNG RUBIKS COFFEE TABLE YOGYAKARTA 151

4. WILLY PRATIKNO MENANGO BANYUMAS 147

5. NURIYANTO KE-PE-LAN JEPARA 14

6. DEVI KHOIRUDIN KIRO-KIRO JEPARA 164

7. ADI MUCHDILAH PUTIH MELATI NGANJUK 125

8. REO TEGUH PRAKASA CHITOS COFFEE TABLE YOGYAKARTA 246

9. AJIE BAYU BAWONO THE SPUTNIK YOGYAKARTA 253

10. ADI SANTOSA SISIR COFFEE TABLE SURABAYA 10

11. JANSEN LEWIS TRUSS COFTA TANGERANG 172

12. ABDUL AWAL MEY RUDIN KOMPOSISI TABLE JEPARA 193

13. AGUS RUDIYANTO RONGSENTI COFFEE TABLE JEPARA 227

14. YUNUS ADHIMUKTI MAJA COFFEE TABLE TANGERANG 261

15. EKO SULISTYO DOBLONG COFFEE TABLE JEPARA 25

read more “NAMA-NAMA 15 FINALIS IFDC 2010”

Asmindo dapat dukungan kredit ekspor LPEI


JAKARTA : Industri mebel dan kerajinan memperoleh dukungan pembiayaan ekspor dari Indonesia Eximbank dengan kucuran kredit yang diterima sampai saat ini Rp40 miliar guna mendukung ekspansi pasar ke luar negeri.

Ketua Umum Asmindo Ambar Tjahyono mengatakan pihaknya bekerjasama dengan lembaga pembiayaan ekspor Indonesia (LPEI) untuk membantu memenuhi kebutuhan pembiayaan ekspor yang sampai saat ini telah diterima kredit sekitar Rp40 miliar.

“Kami memang masih terbatas mengakses pembiayaan dari perbankan, tapi sumber modal kerja untuk mendukung ekspor harus bisa dipenuhi agar peningkatan kinerja penjualan ekspor pada tahun ini bisa tumbuh sesuai target 22%,” ujarnya kepada Bisnis, hari ini

Ambar mengutarakan pihaknya mengkhawatirkan persoalan suku bunga kredit perbankan berpotensi naik dalam dua sampai tiga bulan mendatang yang bisa memberatkan pelaku usaha mebel dan kerajinan untuk bisa meningkatkan poroduksi dan ekspansi pasar.

Untuk itu, diharapkan perbankan bisa lebih memperhatikan sektor permebelan dan kerajinan ini sebagai industri yang termasuk prioritas karena tergolong industri yang masih memiliki prospek bisnis sangat baik dan bisa tumbuh berkelanjutan.

“Jadi industri mebel dan kerajinan itu harus dipisahkan dari industri kehutanan yang dianggap sunset, karena kami sangat berbeda kondisinya di mana pelaku usahanya memiliki pangsa pasar yang besar di pasar internasional terutama segmen kelas menengah ke atas.”

Ambar menambahkan kalaupun perbankan harus menaikan suku bunga kredit sebaiknya disesuaikan dengan kondisi industri itu sendiri seperti mebel dan kerajinan tidak perlu dinaikan terlalu tinggi dan jangan sampai memperketat persyaratan kredit.

Selama ini, menurutnya, perajin mebel dan kerajinan cukup mendapatkan tekanan mulai dari kenaikan tariff dasar listrik sampai pelemahan nilai tukar dolar AS yang membuat pengusaha sempat mengalami gagal order pada pertengahan tahun lalu.

“Untungnya, perajin di daerah itu sangat kreatif meskipun beban biaya produksi yang tinggi tidak bisa dihindari, tapi tetap menghasilkan produk yang berkualitas a.l dengan mengakali efisiensi dengan cara memadukan berbagai bahan baku,” ujar dia. (ra)

http://www.bisnis.com

read more “Asmindo dapat dukungan kredit ekspor LPEI”

Krisis Mesir : potensi ekspor mebel Indonesia bisa hilang US$ 100 juta


AKARTA. Krisis politik yang melanda Mesir hingga pecahnya kerusuhan sejak 25 Januari 2011 telah melumpuhkan perekonomian Mesir. Padahal, Mesir menjadi salah satu tujuan ekspor dunia, termasuk Indonesia. Salah satu produk ekspor Indonesia yang juga berpotensi terimbas krisis di Mesir adalah mebel dan kerajinan.

Padahal menurut Ketua Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono, Mesir merupakan negara tujuan ekspor Indonesia terbesar ke-7 di seluruh wilayah Timur Tengah. "Jika krisis di Mesir berlangsung lama kita bisa kehilangan potensi ekspor senilai US$ 100 juta untuk ekspor di wilayah Timur Tengah,” katanya, hari ini (9/2).

Sebab, Mesir tidak hanya menjadi tujuan ekspor, tapi juga memegang peran penting dalam lalu-lintas ekspor melalui Terusan Suez yang berada di teritorial wilayah Mesir. Selama ini, ekspor mebel dari Indonesia pasti melewati Terusan Suez untuk menjangkau tujuan lain seperti negara Timur Tengah selain Mesir, Afrika dan Eropa. Ekspor furniture ke Afrika dan Eropa masing-masing rata-rata mencapai US$ 50 juta per tahun.

Untuk mengantisipasi melorotnya pasar ekspor di Timur Tengah, tahun ini Asmindo akan memperbesar ekspor ke negara Timur Tengah lainnya seperti Iran, Irak dan Uni Emirat Arab (UEA). "Kita lihat Iran juga sudah mulai beralih ke Indonesia untuk permintaan ekspor mebel. Mereka menganggap kualitas mebel Indonesia lebih baik dari China," kata Ambar.

Sekitar US$ 4 juta ekspor yang tadinya ditargetkan ke Mesir, separuhnya bakal dialihkan ke Uni Emirat Arab. Padahal, setiap tahun ekspor furnitur Indonesia ke Mesir selalu mengalami kenaikan. Berdasarkan data Asmindo, nilai ekspor ke Mesir pada 2010 sebesar US$ 3,922 juta. Angka ini naik 131,38% dari ekspor pada 2009 yang sebesar US$ 1,695 juta.

Sebelum kerusuhan pecah di Mesir, Asmindo telah menargetkan ekspor mebel ke Mesir bakal naik 22% tahun ini. “Saya optimis target pertumbuhan ini bisa tercapai, asalkan krisis di Mesir tidak berlangsung lama,” ujarnya.

http://industri.kontan.co.id
read more “Krisis Mesir : potensi ekspor mebel Indonesia bisa hilang US$ 100 juta”

Krisis Mesir : Pasar Mebel Dialihkan ke Iran dan Irak


JAKARTA, - Menghadapi krisis politik di Mesir kalangan pengusaha mebel dan furnitur mulai mengalihkan pasar ke negara Timur Tengah lainnya. Irak dan Iran menjadi incaran karenanya kedua negara tersebut selama ini mengandalkan furnitur Malaysia dan China, yang notabene kualitasnya kurang bagus.

Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahyono, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (9/2/2011). "Kami yakin bisa mengambil alih peranan China dan Malaysia karena kualitas mebel Indonesia jauh lebih bagus," katanya.

Pengalihan pasar menjadi pilihan karena krisis politik di Mesir diperkirakan masih akan berlangsung hingga enam bulan mendatang. "Kalau tidak ada pengalihan, ekspor mebel ke Timur Tengah akan terganggu karena ekspor ke Mesir dipastikan turun. Mesir menduduki posisi keenam bagi ekspor Indonesia ke Timur Tengah," katanya.

Nilai ekspor mebel ke Mesir tahun 2010 tercatat 3,9 juta dollar AS, sementara nilai keseluruhan ke Timur Tengah sebesar 64,6 juta dollar AS. Mesir menjadi pasar potensial karena negara tersebut banyak bergantung pada sektor pertanian dan pariwisata. Sektor mebel tidak banyak berkembang di Negeri Piramid tersebut.

Asmindo khawatir konflik Mesir meluas hingga berdampak pada penutupan Terusan Suez. Jika kondisi terburuk tersebut terjadi, potensi kerugian industri mebel berkisar 100 juta dollar AS. Pasalnya Mesir juga memegang peranan penting dalam lalu lintas perdagangan menuju Afrika dan Eropa. (KOMPAS.com)

read more “Krisis Mesir : Pasar Mebel Dialihkan ke Iran dan Irak”

Krisis Mesir : Ekspor RI ke Eropa-Afrika Tersendat


Surabaya- Demonstrasi besar di Lapangan Tahrir, Mesir memasuki pekan ketiga dan belum ada tanda akan segera berakhir. Pengusaha Indonesia pun mulai menghitung kerugian akibat mandeknya ekspor ke negeri Piramid ini.

Kondisi makin buruk karena ada sinyal terusan Suez akan lumpuh akibat mogok massal kalangan pekerja/butuh. Artinya, pengiriman barang ke Eropa dan Afrika berisiko terganjal.

“Potensi kehilangan sampai 100 juta dollar atau sekitar Rp 900 miliar dari Mebel saja, karena barang kita 85% melalui Terusan Suez,” kata Ketua Umum Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono, Kamis (10/2).

Menurutnya, saat ini Mesir masih menempati urutan ke-7 dari kontribusi ekspor ke pasar Timur Tengah dengan nilai ekspor 2010 sebesar 3,922 juta dollar (Rp 35,3 miliar). Sementara total ekspor pasar Timur Tengah mencapai 64,681 juta dollar (Rp 582,2 miliar). Ambar menjelaskan, potensi kehilangan itu dihitung dari potensi kehilangan ekspor dari negara Eropa yang mencapai 40 juta dollar (Rp 360 miliar), karena seluruh barang furnitur Indonesia melalui Mesir. Selain itu, produk furnitur Indonesia untuk pasar Afrika juga melalui Mesir dengan potensi hingga 50 juta dollar (Rp 450 miliar).”Jadi kerugiannya tidak hanya dari potensi pasar ekspor furnitur ke Mesir yang hanya 4 juta dollar atau sekitar Rp 36 miliar. Tapi juga ekspor ke Eropa dan afrika,” katanya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tiga negara tujuan utama ekspor Indonesia ke Uni Eropa adalah Jerman, Perancis dan Mesir. Ekspor Indonesia ke Jerman rata-rata Rp 2,68 triliun/tahun. Sementara ke Prancis Rp1,009 triliun dan Inggris Rp1,52 triliun/tahun. Rencananya untuk menekan risiko itu, pihaknya akan berupaya mengalihkan pasar ke negara-negara Timur Tengah lainnya seperti Uni Emirat Arab, Iran, Iraq, atau bahkan negara-negara Afrika seperti Libia.”Potensi yang dari Mesir harus dilarikan ke negara sekitarnya. Tapi untuk jalan ke Eropa dan Afrika, ini yang sulit,” ucapnya. Irak dan Iran menjadi incaran karenanya kedua negara tersebut selama ini mengandalkan furnitur Malaysia dan China, yang notabene kualitasnya kurang bagus.

Tak hanya ekspor, investasi pengusaha Indonesia di Mesir juga terancam gagal. Untuk diketahui selama ini pengusaha melakukan investasi di sektor pengolahan enceng gondok. Kerjasama ini menggandeng perusahaan lokal asal Mesir Baraka Group.Pihak Indonesia telah menyiapkan investasi Rp 5 miliar, selebihnya dana investasi akan ditanggung oleh Baraka maupun pemerintah Mesir.

Penghentian ekspor ke Mesir juga diakui Ketua Kadin untuk kawasan Timur Tengah Fachri Thalib.”Kita hentikan sementara sampai situasi aman,” katanya.

Gejolak politik yang terjadi di Mesir akhir-akhir ini menurutnya akan menurunkan nilai ekspor ke Mesir, yang mulai berlangsung sejak tahun 2000, mencapai sekitar 700 juta dolar AS setiap tahunnya.

Mogok Kerja

Sementara kondisi Mesir masih terus memanas. Kini puluhan ribu pekerja melancarkan aksi mogok di berbagai kota di Mesir. Ini menambah tekanan bagi rezim Hosni Mubarak. Selain meminta Mubarak untuk turun, mereka juga menuntut kenaikan upah minimun yang sejak 24 tahun tidak ada perubahan.

Menurut stasiun berita Al Jazeera, sekitar 20.000 buruh mulai mogok kerja sejak Rabu (9/2). Sementara dilansir kantor berita Associated Press, sedikitnya 8.000 demonstran, terutama petani, di kota Assiut memblokir jalan menuju Kairo menggunakan pohon kurma yang dibakar. Di kota Port Said, dekat Kanal Suez, ratusan pekerja membakar kantor gubernur menuntut perumahan yang layak. Di Kairo, ratusan pekerja perusahaan listrik melakukan aksi diam di depan kantor mereka, menuntut dipecatnya direktur perusahaan tersebut.

Para pekerja transportasi di Kairo menuntut Mubarak turun, jika tidak mereka mengancam akan membuat transportasi kota menjadi lumpuh. Di kota Kharga, sebelah barat daya Kairo, lima demonstran dilaporkan tewas setelah bentrok dengan pasukan keamanan.

Menurut kalangan pekerja kekayaan Mubarak sangat timpang dengan laporan Bank Dunia yang mengatakan 40% dari populasi Mesir hidup di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan 2 dollar/hari. Ditambah lagi, pemerintahan Mubarak pada Selasa lalu menaikkan gaji pegawai negeri hingga 15%, menambah jurang kesenjangan semakin lebar.

Pemerintah Mesir menetapkan upah minimum buruh sebesar 6 dollar (Rp 54 ribu) sejak tahun 1984 dan tidak mengalami perubahan hingga kini. Dilansir dari laman The Wall Street Journal, para buruh juga tidak memiliki kesempatan untuk mendirikan serikat buruh.

Mubarak sendiri meski ngotot tak mau mundur tapi disebut-sebut telah menyiapkan rencana mengungsi ke Jerman bilamana situasi di negerinya semakin keruh. Hal itu diungkapkan media terkemuka di Jerman, Der Spiegel. Tahun lalu Mubarak baru saja ke Jerman. Ia menjalani operasi kantong empedu dan polip di Klinik Universitas Heidelberg. “Ia akan menjalani pemeriksaan kesehatan lanjutan di spa kesehatan termewah di Eropa,” demikian dilansir Der Spiegel.

read more “Krisis Mesir : Ekspor RI ke Eropa-Afrika Tersendat”

Pengusaha Perabotan Was-was Soal Krisis Mesir


JAKARTA – Potensi kehilangan nilai penjualan produk furnitur Indonesia ke pasar internasional akibat konflik Mesir bisa mencapai 100 juta dolar AS. Hal ini bisa terjadi seandainya konflik tersebut berkepanjangan dan menggangu distribusi barang di terusan Suez.

Demikian disampaikan Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono, saat diskusi pengaruh krisis Mesir terhadap industri furnitur dan kerajinan Indonesia Rabu (9/2).

Sebetulnya, menurut Ambar nilai penjualan furnitur ke mesir masih jauh dibandingkan dengan Uni Emirat Arab. Pada 2010, di negara-negara timur tengah mesir menduduki urutan keenam impor furnitur Indonesia dengan nilai 3,922 juta dolar atau mendekati 4 juta dolar AS. Sementara total ekspor furnitur ke Timur Tengah pada tahun lalu mencapai 64,681 juta dolar AS.

“Jadi kalau dilihat Mesir itu hanya sekitar 6,06 persen dari nilai total ekspor furnitur kita ke sana,” jelasnya.

Namun bukan berarti konflik disana tidak bisa merambat ke yang lainnya. Bila terusan suez terganggu, menurut Ambar maka ekspor furnitur Indonesia ke Afrika dan Eropa pastinya akan tertahan. Padahal nilai ekspor ke dua belahan negara itu mendekati 100 juta dolar AS.

Pada 2011 ekspor furnitur ke Timur Tengah diharapkan naik 22 persen, dari sebelumnya 64,681 juta dolar AS menjadi sekitar 80 juta dolar AS.

http://www.republika.co.id
read more “Pengusaha Perabotan Was-was Soal Krisis Mesir”

Ekspor Mebel ke Timur Tengah Ditarget Naik 20 Persen


Jakarta -Ekspor Mebel ke Timur Tengah ditargetkan naik 20 persen tahun ini. "Sehingga ekspor tahun ini diharapkan bisa capai US$ 77,6-80 juta," kata Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahyono dalam Jumpa Wartawan di Jakarta, Rabu (9/2).

Menurut Ambar, selama ini ekspor ke Timur Tengah memang selalu tumbuh positif. Sebab, kebutuhan negara-negara Arab dan sekitarnya itu pada mebel Indonesia cukup tinggi.

Untuk menggenjot ekspor, asosiasi berusaha menjaring calon pembeli dari pameran International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA). "Sebab, biasanya 90 persen pengunjung IFFINA pasti melakukan transaksi," ujarnya.

Ambar berharap, banyak pembeli asal Timur Tengah yang datang ke pameran tersebut. Saat ini, calon pembeli asal Mesir saja yang sudah berencana hadir sebanyak 70 perusahaan. "Belum ada yang membatalkan," kata dia.

Terkait adanya konflik politik di Mesir, pengusaha juga merancang strategi untuk pengalihan ekspor. Beberapa negara tujuan ekspor lain diantaranya Iran. "Di Iran, kami buat rumah-rumah dari kayu," kata Ambar. Begitu juga ekspor ke negara lain seperti Abu Dhabi dan Dubai akan lebih ditingkatkan.

Dirjen Pengembangan Wilayah Industri, Kementerian Perindustrian, Dedi Mulyadi, melihat ekspor ke salah satu negara Timur Tengah yaitu Mesir memang sedang sulit. Jika ada hambatan ekspor melalui Terusan Suez, maka jalur pengiriman barang harus dialihkan. "Sehingga menambah biaya transportasi yang ditanggung pengusaha," kata dia.

http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2011/02/09/brk,20110209-312353,id.html
read more “Ekspor Mebel ke Timur Tengah Ditarget Naik 20 Persen”

Asmindo bidik transaksi US$450 juta dari Iffina


JAKARTA : Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) menargetkan penjualan sebesar US$450 juta dari kegiatan promosi bertajuk International Furniture & Craft Fair Indonesia (Iffina) 2011 yang digelar 11-14 Maret.

Ketua Umum Asmindo Ambar Tjahyono mengatakan untuk meningkatkan penjualan industri mebel dan kerajinan sangat ditentukan kegiatan promosi yang mulai digenjot pada awal tahun ini dengan mengundang para pembeli dari berbagai negara.

Sampai dengan awal Februari 2011, terdapat 2.276 calon pembeli yang sudah mendaftar dari 98 negara dan ditargetkan sampai dengan pelaksanaan pada Maret mendatang akan mencapai 3.500 calon buyer yang siap memborong produk mebel Indonesia.

“Tahun ini Asmindo menargetkan ekspor akan naik 22% menjadi sekitar US$3 miliar sehingga promosi harus digencarkan sejak awal tahun agar industri ini bisa tumbuh meskipun dihadapkan pada sejumlah tekanan di dalam negeri yang cukup memberatkan pelaku usaha,” katanya hari ini.

Menurut Ambar, berdasarkan pengalaman pada tahun lalu peminat terbesar terhadap produk mebel Indonesia dari Australia, Prancis, AS, Malaysia dan India serta Belanda dan Spanyol, sehingga untuk tahun ini diharapkan juga pemberli terbesar akan datang dari negara tersebut.

Untuk itu, Asmindo mengemas promosi berstandar internasional agar potensi buyer yang bisa dijaring bisa semakin besar yang tentunya akan mendongkrak kinerja ekspor dari industri mebel dan kerajinan pada tahun ini.

Menurut Ambar, pihaknya berinisiatif mewadahi promosi kelas internasional di dalam negeri mengingat tingkat efektivitas untuk penjualan produk justru lebih optimal dengan cara mengundang langsung para calon pembeli untuk datang ke Indonesia.

“Kalau pameran di luar negeri itu tidak akan optimal untuk mengikat transaksi dan mendongkrak penjualan, apalagi anggarannya sangat kecil, paling hanya untuk penguatan branding image beberapa perajin saja. Sedangkan untuk peningkatan ekspor harus dengan penguatan promosi seperti ini." (ra)

read more “Asmindo bidik transaksi US$450 juta dari Iffina”

Perajin mebel tersengat tarif listrik


JAKARTA : Industri mebel dan kerajinan tertekan akibat kenaikan tarif dasar listrik yang menambah beban biaya produksi hingga 2% sehingga berpotensi mengurangi terhadap pendapatan.

Di samping itu, rencana pencabutan bahan bakar minyak bersubsidi dan ancaman kenaikan suku bunga kredit perbankan diperkirakan semakin memperberat beban yang ditanggung pelaku industri tersebut.

Ketua Umum Asmindo Ambar Tjahyono mengatakan industri mebel dan kerajinan lebih banyak mendapatkan hambatan dari dalam negeri mulai dari kenaikan tarif dasar listrik akibat pencabutan capping, sampai dengan pencabutan BBM bersubsidi dan potensi kenaikan bunga kredit perbankan.

“Sekarang saja sudah ada keluhan dari beberapa industri mebel menengah di Jepara dan Yogyakarta yang beban listriknya naik hingga 25% dari Rp15 juta menjadi Rp20 juta per bulan, tentunya ini dialami seluruh perajin mebel dan kerajinan yang mayoritas industri kecil menengah,” katanya hari ini.

Menurut Ambar, pihaknya akan membuat surat resmi kepada pemerintah dan PLN untuk mengevaluasi kenaikan tarif dasar listrik itu agar beban kenaikannya wajar dengan sistem perhitungan yang lebih transparan.

Perajin mebel di daerah juga sudah mulai mengkhawatirkan ancaman kenaikan bunga kredit bank dari saat ini sekitar 13% diperkirakan dalam satu sampai dua bulan ke depan bisa naik 2% menjadi sekitar 15%-16%.

“Kalau beban produksi di dalam negeri terus naik tentu sangat menghambat perajin mebel untuk bisa meningkatkan usahanya, belum lagi pencabutan subsidi BBM tentu akan membuat daya saing semakin lemah dan bisa menimbulkan putus harapan bagi pengusaha daerah.”

Ambar menyatakan seharusnya pemerintah bisa lebih memperhatikan sektor mebel dan kerajinan yang menyerap tenaga kerja sangat besar dan masuk dalam 10 industri unggulan yang menyumbang terhadap kinerja ekspor nasional. (ra)

read more “Perajin mebel tersengat tarif listrik”

Perdagangan Indonesia-China


Sejak disepakatinya perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) dimulai tanggal 1 Januari 2010, produk jadi dari China membanjiri pasar domestik. Kawasan perdagangan baru mulai bermunculan dan kawasan perdagangan lama juga ikut ramai. Organisasi Perdagangan Dunia mengatakan, setidaknya sekitar 400 kawasan perdagangan beroperasi pada tahun 2010. Hal ini menjadikan langkah awal menuju perdagangan global liberalisasi yang luas.

Selain itu, China yang memiliki penduduk sekitar 1,4 miliar jiwa dan daerah yang sangat luas menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan industri dan perdagangan. China seolah menjadi harapan besar untuk mendongkrak omzet perdagangan industri.

Setelah satu tahun disepakatinya perdagangan bebas ACFTA ini, neraca perdagangan Indonesia-China menunjukkan nilai surplus bagi China. Namun begitu, Indonesia masih mempunyai peluang untuk surplus asalkan ada upaya-upaya nyata dari pemerintah untuk mendongkrak ekspor barang jadi ke China.

Duta Besar Republik Indonesia untuk China Imron Cotan mengatakan, walaupun Indonesia mengalami defisit, tapi peluang untuk surplus masih ada, mengingat pasar di China sangat besar. ”Selama ini ekspor yang kita lakukan ke China masih berupa energi dan minyak serta bahan baku. Belum banyak produk yang kita bisa ekspor ke China, terutama hasil perkebunan dan buah-buahan, karena mereka miskin akan sumber daya alam,” kata Imron di Beijing, Kamis (13/1/2011).

Hingga akhir 2010, tercatat neraca perdagangan Indonesia-China berada dalam posisi 49,2 miliar dollar AS dan 52 miliar dollar AS. Artinya, barang Indonesia yang diekspor ke China nilainya 49,2 miliar dollar AS, sedangkan barang China yang diekspor ke Indonesia nilainya 52 miliar dollar AS. Neraca perdagangan Indonesia defisit sekitar 2,8 miliar dollar AS. Namun, Imron menambahkan, neraca ini berdasarkan catatan China.

Sedangkan menurut catatan Indonesia, defisit yang dialami Indonesia sebenarnya sekitar 5 miliar-7 miliar dollar AS. ”Perhitungan di Indonesia hanya mencatat FOB, harga barang saja. Sedangkan China juga menghitung ongkos kirim dan asuransi. Tidak ada yang salah dengan perhitungan ini karena kita hanya menjual barang tanpa mau mengurus ongkos kirim hingga barang selamat sampai di tempat. China mendapatkan keuntungan lebih dari ongkos kirim ini,” papar Imron.

Imron menjelaskan, ketika ACFTA ini belum dijalankan, posisi neraca perdagangan Indonesia-China adalah surplus untuk Indonesia. Namun, nilai transaksinya masih sangat kecil. Pada 2009, impor China dari Indonesia sebesar 17,1 miliar dollar AS, sedangkan impor Indonesia dari China sebesar 13 miliar dollar AS. Jika dilihat dari nilai, setelah ACFTA nilai transaksi justru melambung secara signifikan.

Walaupun secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit, tetapi di empat provinsi yang menjadi pusat perdagangan, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus. Keempat provinsi itu adalah Guangdong, Fujian, Guangxi, dan Hainan. Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk China Edi Yusuf mengatakan, nilai neraca perdagangan Indonesia dengan keempat provinsi China itu pada 2010 mengalami peningkatan yang cukup tajam.

Jika pada tahun 2009 nilai ekspor China (empat provinsi) ke Indonesia mencapai 3,36 miliar dollar AS, pada tahun 2010 meningkat menjadi 6,13 miliar dollar AS. Sementara untuk nilai impor China dari Indonesia pada tahun 2009 mencapai 4,3 miliar dollar AS, dan pada tahun 2010 mencapai 6,86 miliar dollar AS.

Barang-barang yang diimpor dari China sebagian besar berupa perkakas listrik, mesin, produk besi baja, tekstil, keramik, plastik, makanan olahan, garmen, kerajinan tangan, pupuk, aluminium, produk makanan dan minuman, serta produk laut.

Sedangkan produk yang ekspor dari Indonesia ke China adalah minyak bumi, mesin listrik, minyak makan, kertas, kayu, karet, bijih besi, dan tin.

”Potensi investasi yang bisa dikembangkan oleh Indonesia adalah pembangunan infrastruktur, manufaktur bahan baku industri unggulan, pengolahan sumber daya alam, dan sebagainya,” kata Edi.

Sedangkan Duta Besar Imron mengatakan, potensi Indonesia masih besar karena banyak produk Indonesia yang masuk ke China lewat negara lain, misalnya manggis. ”Produk terbesar manggis ada di Indonesia. Tetapi, mengapa China mengimpor manggis dari negara lain. Itu manggis Indonesia,” kata Imron.

Potensi lain yang menjanjikan adalah kopi. Saat ini kopi baru dikenal di China. Sebelumnya mereka tidak mengenal kopi. Tetapi karena di China banyak orang asing, dan banyak orang China yang pernah tinggal dan sekolah di luar negeri, maka budaya minum kopi makin lama makin dikenal di China. Kebutuhan akan kopi pun mulai meningkat. Apalagi kini mulai banyak ditemui kedai-kedai kopi dengan sasaran remaja dan profesional muda. (ARN)

http://bisniskeuangan.kompas.com

read more “Perdagangan Indonesia-China”

Pengaruh KISRUH MESIR pada Industri


Perkembangan politik yang terus memanas di Mesir berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Harga minyak mentah internasional yang terus meningkat akibat kondisi di Mesir, misalnya, menimbulkan tekanan pada anggaran subsidi bahan bakar minyak pada APBN. Industri mebel, pariwisata, dan pengerahan tenaga kerja Indonesia dengan tujuan Mesir bakal terpukul.

Mesir memang bukan negara pengekspor minyak mentah. Harga minyak membubung karena sekitar 3 juta barrel minyak mentah setiap hari diangkut kapal tanker melintasi Terusan Suez yang berada di wilayah Mesir. Spekulasi yang ada di pasar, kemungkinan gangguan keamanan pada jalur pelayaran utama pergi pulang Timur Tengah dan Eropa Barat itu membuat harga minyak terus meningkat tajam.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, pekan lalu, mengakui, perkembangan harga minyak mentah dunia terus dicermati setiap saat. ”Sebab, kenaikan harga minyak mentah ini menjadi pemicu dari kenaikan harga komoditas lain,” ujar Hatta. Kenaikan komoditas lain, termasuk bahan makanan, jelas akan mendorong inflasi di dalam negeri yang pada Januari 2011 sudah menembus angka 7 persen dibandingkan Januari 2010.

Harga minyak pada hari Jumat di bursa komoditas London dan New York terkoreksi setelah sebelumnya sempat melonjak di atas 100 dollar AS per barrel. Harga minyak light sweet untuk pelepasan bulan Maret di New York turun 1,51 dollar AS menjadi 89,03 dollar AS per barrel. Sedangkan minyak Brent di London untuk pelepasan bulan Maret turun 1,93 dollar AS menjadi 99,83 dollar AS per barrel. Minyak Brent sebelumnya bertahan pada posisi 102 dollar AS per barrel.

Perkembangan harga ini menambah beban bagi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada APBN 2011 karena asumsi harga minyak mentah Indonesia pada APBN 2011 adalah 80 dollar AS per barrel. Subsidi BBM pada APBN 2011 ditetapkan sebesar Rp 92,79 triliun, meningkat dari Rp 88,89 triliun pada APBN 2010.

Namun, Hatta Rajasa menegaskan, ada rezeki nomplok dari setiap kenaikan harga minyak mentah dunia. Memang setiap kenaikan harga minyak sebesar 1 dollar AS per barrel di atas asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam APBN 2011 akan menambah beban subsidi BBM dan listrik sebesar Rp 3,2 triliun.

Akan tetapi, menurut Hatta, pada saat yang sama, kenaikan harga minyak mentah tersebut juga akan meningkatkan penerimaan negara dari hasil penjualan minyak dan gas sebesar Rp 2,7 triliun. Namun, tetap ada selisih Rp 0,5 triliun yang menambah beban subsidi.

Ekspor furnitur

Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Polah Tjahyono, yang dihubungi di Yogyakarta, Minggu (6/2/2011), mengatakan, potensi ekspor furnitur yang sebagian besar didominasi oleh rotan ke Mesir, sekitar 12 juta dollar AS atau setara dengan Rp 108 miliar, akan hilang.

Situasi keamanan yang semakin tidak kondusif di Mesir juga menggagalkan kerja sama Indonesia dan Mesir untuk menggarap eceng gondok sebagai bahan baku furnitur.

Ambar mengatakan, ”Ekspor kita ke Mesir mencapai sekitar 2,4 juta dollar AS. Namun, ekspor juga pernah mencapai 4 juta dollar AS pada 2008 yang sebagian besar didominasi produk rotan. Sekarang ini ekspor relatif berhenti total. Tak ada eksportir atau perajin yang berani mengekspor ke sana meski produk mebel sebetulnya tak akan kedaluwarsa.”

Menurut Ambar, selain kendala logistik pengiriman barang, pengusaha juga khawatir soal pembayaran. Kerusuhan di Mesir juga mengganggu ekspor furnitur Indonesia ke negara-negara di Timur Tengah dan Afrika. Harga ekspor per peti kemas diperkirakan ikut naik.

Ambar mengatakan, Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, pernah merintis dan berkoordinasi dengan Asmindo untuk bekerja sama menggarap eceng gondok yang tumbuh liar di Sungai Nil.

Sementara itu, Direktur Lembaga Pengembangan Informasi Pariwisata Indonesia Diyak Mulahella mengatakan, sektor pariwisata di Indonesia pun akan terkena dampak. Walaupun secara kuantitas jumlah wisatawan dari Mesir dan sekitarnya yang dikelompokkan sebagai negara kawasan Timur Tengah sedikit, potensi devisa yang hilang sangat besar.

”Bayangkan saja, setiap kali berkunjung ke Indonesia, wisatawan Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain, rata-rata mengeluarkan 1.500-2.500 dollar AS,” ujar Diyak.

Berdasarkan data Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, jumlah wisatawan dari Timur Tengah selama Januari-Desember 2010 sebanyak 77.890 orang. Wisatawan dari Arab Saudi mencapai 68.878 orang, Mesir 3.277 orang, Uni Emirat Arab 4.906 orang, dan Bahrain 829 orang.

Sementara itu, jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) di Mesir relatif sedikit. Berdasarkan data pada KBRI Kairo, jumlah TKI mencapai 1.002 orang. Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, mereka bukan TKI ilegal, melainkan individu yang berangkat secara mandiri.

Mesir belum menjadi negara tujuan penempatan TKI karena belum memiliki perjanjian perlindungan pekerja dengan Indonesia. Sebagian besar TKI, terutama pembantu rumah tangga, masuk ke Mesir melalui Jordania. Hal ini juga terjadi di sejumlah negara lain, seperti Suriah, Irak, dan Iran.

”Ternyata tidak semua ingin pulang. Namun, TKW juga jadi prioritas untuk dipulangkan,” ujar Muhaimin.

Source :
http://bisniskeuangan.kompas.com
read more “Pengaruh KISRUH MESIR pada Industri”