NAMA-NAMA 15 FINALIS IFDC 2010



Berikut Daftar Nominasi IFDC 2 ( Indonesia Furniture Design Competition ) tahun 2010-2011

NO NAMA NAMA KARYA ASAL KOTA NO. KARYA DESIGN


1. SUSKARIYANTO KAWUNG COFFEE TABLE JEPARA 27

2. HOTMA SIAHAAN MANDO BANDUNG 185

3. DODIK WAHYU SAGUNG RUBIKS COFFEE TABLE YOGYAKARTA 151

4. WILLY PRATIKNO MENANGO BANYUMAS 147

5. NURIYANTO KE-PE-LAN JEPARA 14

6. DEVI KHOIRUDIN KIRO-KIRO JEPARA 164

7. ADI MUCHDILAH PUTIH MELATI NGANJUK 125

8. REO TEGUH PRAKASA CHITOS COFFEE TABLE YOGYAKARTA 246

9. AJIE BAYU BAWONO THE SPUTNIK YOGYAKARTA 253

10. ADI SANTOSA SISIR COFFEE TABLE SURABAYA 10

11. JANSEN LEWIS TRUSS COFTA TANGERANG 172

12. ABDUL AWAL MEY RUDIN KOMPOSISI TABLE JEPARA 193

13. AGUS RUDIYANTO RONGSENTI COFFEE TABLE JEPARA 227

14. YUNUS ADHIMUKTI MAJA COFFEE TABLE TANGERANG 261

15. EKO SULISTYO DOBLONG COFFEE TABLE JEPARA 25

read more “NAMA-NAMA 15 FINALIS IFDC 2010”

Asmindo dapat dukungan kredit ekspor LPEI


JAKARTA : Industri mebel dan kerajinan memperoleh dukungan pembiayaan ekspor dari Indonesia Eximbank dengan kucuran kredit yang diterima sampai saat ini Rp40 miliar guna mendukung ekspansi pasar ke luar negeri.

Ketua Umum Asmindo Ambar Tjahyono mengatakan pihaknya bekerjasama dengan lembaga pembiayaan ekspor Indonesia (LPEI) untuk membantu memenuhi kebutuhan pembiayaan ekspor yang sampai saat ini telah diterima kredit sekitar Rp40 miliar.

“Kami memang masih terbatas mengakses pembiayaan dari perbankan, tapi sumber modal kerja untuk mendukung ekspor harus bisa dipenuhi agar peningkatan kinerja penjualan ekspor pada tahun ini bisa tumbuh sesuai target 22%,” ujarnya kepada Bisnis, hari ini

Ambar mengutarakan pihaknya mengkhawatirkan persoalan suku bunga kredit perbankan berpotensi naik dalam dua sampai tiga bulan mendatang yang bisa memberatkan pelaku usaha mebel dan kerajinan untuk bisa meningkatkan poroduksi dan ekspansi pasar.

Untuk itu, diharapkan perbankan bisa lebih memperhatikan sektor permebelan dan kerajinan ini sebagai industri yang termasuk prioritas karena tergolong industri yang masih memiliki prospek bisnis sangat baik dan bisa tumbuh berkelanjutan.

“Jadi industri mebel dan kerajinan itu harus dipisahkan dari industri kehutanan yang dianggap sunset, karena kami sangat berbeda kondisinya di mana pelaku usahanya memiliki pangsa pasar yang besar di pasar internasional terutama segmen kelas menengah ke atas.”

Ambar menambahkan kalaupun perbankan harus menaikan suku bunga kredit sebaiknya disesuaikan dengan kondisi industri itu sendiri seperti mebel dan kerajinan tidak perlu dinaikan terlalu tinggi dan jangan sampai memperketat persyaratan kredit.

Selama ini, menurutnya, perajin mebel dan kerajinan cukup mendapatkan tekanan mulai dari kenaikan tariff dasar listrik sampai pelemahan nilai tukar dolar AS yang membuat pengusaha sempat mengalami gagal order pada pertengahan tahun lalu.

“Untungnya, perajin di daerah itu sangat kreatif meskipun beban biaya produksi yang tinggi tidak bisa dihindari, tapi tetap menghasilkan produk yang berkualitas a.l dengan mengakali efisiensi dengan cara memadukan berbagai bahan baku,” ujar dia. (ra)

http://www.bisnis.com

read more “Asmindo dapat dukungan kredit ekspor LPEI”

Krisis Mesir : potensi ekspor mebel Indonesia bisa hilang US$ 100 juta


AKARTA. Krisis politik yang melanda Mesir hingga pecahnya kerusuhan sejak 25 Januari 2011 telah melumpuhkan perekonomian Mesir. Padahal, Mesir menjadi salah satu tujuan ekspor dunia, termasuk Indonesia. Salah satu produk ekspor Indonesia yang juga berpotensi terimbas krisis di Mesir adalah mebel dan kerajinan.

Padahal menurut Ketua Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono, Mesir merupakan negara tujuan ekspor Indonesia terbesar ke-7 di seluruh wilayah Timur Tengah. "Jika krisis di Mesir berlangsung lama kita bisa kehilangan potensi ekspor senilai US$ 100 juta untuk ekspor di wilayah Timur Tengah,” katanya, hari ini (9/2).

Sebab, Mesir tidak hanya menjadi tujuan ekspor, tapi juga memegang peran penting dalam lalu-lintas ekspor melalui Terusan Suez yang berada di teritorial wilayah Mesir. Selama ini, ekspor mebel dari Indonesia pasti melewati Terusan Suez untuk menjangkau tujuan lain seperti negara Timur Tengah selain Mesir, Afrika dan Eropa. Ekspor furniture ke Afrika dan Eropa masing-masing rata-rata mencapai US$ 50 juta per tahun.

Untuk mengantisipasi melorotnya pasar ekspor di Timur Tengah, tahun ini Asmindo akan memperbesar ekspor ke negara Timur Tengah lainnya seperti Iran, Irak dan Uni Emirat Arab (UEA). "Kita lihat Iran juga sudah mulai beralih ke Indonesia untuk permintaan ekspor mebel. Mereka menganggap kualitas mebel Indonesia lebih baik dari China," kata Ambar.

Sekitar US$ 4 juta ekspor yang tadinya ditargetkan ke Mesir, separuhnya bakal dialihkan ke Uni Emirat Arab. Padahal, setiap tahun ekspor furnitur Indonesia ke Mesir selalu mengalami kenaikan. Berdasarkan data Asmindo, nilai ekspor ke Mesir pada 2010 sebesar US$ 3,922 juta. Angka ini naik 131,38% dari ekspor pada 2009 yang sebesar US$ 1,695 juta.

Sebelum kerusuhan pecah di Mesir, Asmindo telah menargetkan ekspor mebel ke Mesir bakal naik 22% tahun ini. “Saya optimis target pertumbuhan ini bisa tercapai, asalkan krisis di Mesir tidak berlangsung lama,” ujarnya.

http://industri.kontan.co.id
read more “Krisis Mesir : potensi ekspor mebel Indonesia bisa hilang US$ 100 juta”

Krisis Mesir : Pasar Mebel Dialihkan ke Iran dan Irak


JAKARTA, - Menghadapi krisis politik di Mesir kalangan pengusaha mebel dan furnitur mulai mengalihkan pasar ke negara Timur Tengah lainnya. Irak dan Iran menjadi incaran karenanya kedua negara tersebut selama ini mengandalkan furnitur Malaysia dan China, yang notabene kualitasnya kurang bagus.

Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahyono, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (9/2/2011). "Kami yakin bisa mengambil alih peranan China dan Malaysia karena kualitas mebel Indonesia jauh lebih bagus," katanya.

Pengalihan pasar menjadi pilihan karena krisis politik di Mesir diperkirakan masih akan berlangsung hingga enam bulan mendatang. "Kalau tidak ada pengalihan, ekspor mebel ke Timur Tengah akan terganggu karena ekspor ke Mesir dipastikan turun. Mesir menduduki posisi keenam bagi ekspor Indonesia ke Timur Tengah," katanya.

Nilai ekspor mebel ke Mesir tahun 2010 tercatat 3,9 juta dollar AS, sementara nilai keseluruhan ke Timur Tengah sebesar 64,6 juta dollar AS. Mesir menjadi pasar potensial karena negara tersebut banyak bergantung pada sektor pertanian dan pariwisata. Sektor mebel tidak banyak berkembang di Negeri Piramid tersebut.

Asmindo khawatir konflik Mesir meluas hingga berdampak pada penutupan Terusan Suez. Jika kondisi terburuk tersebut terjadi, potensi kerugian industri mebel berkisar 100 juta dollar AS. Pasalnya Mesir juga memegang peranan penting dalam lalu lintas perdagangan menuju Afrika dan Eropa. (KOMPAS.com)

read more “Krisis Mesir : Pasar Mebel Dialihkan ke Iran dan Irak”

Krisis Mesir : Ekspor RI ke Eropa-Afrika Tersendat


Surabaya- Demonstrasi besar di Lapangan Tahrir, Mesir memasuki pekan ketiga dan belum ada tanda akan segera berakhir. Pengusaha Indonesia pun mulai menghitung kerugian akibat mandeknya ekspor ke negeri Piramid ini.

Kondisi makin buruk karena ada sinyal terusan Suez akan lumpuh akibat mogok massal kalangan pekerja/butuh. Artinya, pengiriman barang ke Eropa dan Afrika berisiko terganjal.

“Potensi kehilangan sampai 100 juta dollar atau sekitar Rp 900 miliar dari Mebel saja, karena barang kita 85% melalui Terusan Suez,” kata Ketua Umum Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono, Kamis (10/2).

Menurutnya, saat ini Mesir masih menempati urutan ke-7 dari kontribusi ekspor ke pasar Timur Tengah dengan nilai ekspor 2010 sebesar 3,922 juta dollar (Rp 35,3 miliar). Sementara total ekspor pasar Timur Tengah mencapai 64,681 juta dollar (Rp 582,2 miliar). Ambar menjelaskan, potensi kehilangan itu dihitung dari potensi kehilangan ekspor dari negara Eropa yang mencapai 40 juta dollar (Rp 360 miliar), karena seluruh barang furnitur Indonesia melalui Mesir. Selain itu, produk furnitur Indonesia untuk pasar Afrika juga melalui Mesir dengan potensi hingga 50 juta dollar (Rp 450 miliar).”Jadi kerugiannya tidak hanya dari potensi pasar ekspor furnitur ke Mesir yang hanya 4 juta dollar atau sekitar Rp 36 miliar. Tapi juga ekspor ke Eropa dan afrika,” katanya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tiga negara tujuan utama ekspor Indonesia ke Uni Eropa adalah Jerman, Perancis dan Mesir. Ekspor Indonesia ke Jerman rata-rata Rp 2,68 triliun/tahun. Sementara ke Prancis Rp1,009 triliun dan Inggris Rp1,52 triliun/tahun. Rencananya untuk menekan risiko itu, pihaknya akan berupaya mengalihkan pasar ke negara-negara Timur Tengah lainnya seperti Uni Emirat Arab, Iran, Iraq, atau bahkan negara-negara Afrika seperti Libia.”Potensi yang dari Mesir harus dilarikan ke negara sekitarnya. Tapi untuk jalan ke Eropa dan Afrika, ini yang sulit,” ucapnya. Irak dan Iran menjadi incaran karenanya kedua negara tersebut selama ini mengandalkan furnitur Malaysia dan China, yang notabene kualitasnya kurang bagus.

Tak hanya ekspor, investasi pengusaha Indonesia di Mesir juga terancam gagal. Untuk diketahui selama ini pengusaha melakukan investasi di sektor pengolahan enceng gondok. Kerjasama ini menggandeng perusahaan lokal asal Mesir Baraka Group.Pihak Indonesia telah menyiapkan investasi Rp 5 miliar, selebihnya dana investasi akan ditanggung oleh Baraka maupun pemerintah Mesir.

Penghentian ekspor ke Mesir juga diakui Ketua Kadin untuk kawasan Timur Tengah Fachri Thalib.”Kita hentikan sementara sampai situasi aman,” katanya.

Gejolak politik yang terjadi di Mesir akhir-akhir ini menurutnya akan menurunkan nilai ekspor ke Mesir, yang mulai berlangsung sejak tahun 2000, mencapai sekitar 700 juta dolar AS setiap tahunnya.

Mogok Kerja

Sementara kondisi Mesir masih terus memanas. Kini puluhan ribu pekerja melancarkan aksi mogok di berbagai kota di Mesir. Ini menambah tekanan bagi rezim Hosni Mubarak. Selain meminta Mubarak untuk turun, mereka juga menuntut kenaikan upah minimun yang sejak 24 tahun tidak ada perubahan.

Menurut stasiun berita Al Jazeera, sekitar 20.000 buruh mulai mogok kerja sejak Rabu (9/2). Sementara dilansir kantor berita Associated Press, sedikitnya 8.000 demonstran, terutama petani, di kota Assiut memblokir jalan menuju Kairo menggunakan pohon kurma yang dibakar. Di kota Port Said, dekat Kanal Suez, ratusan pekerja membakar kantor gubernur menuntut perumahan yang layak. Di Kairo, ratusan pekerja perusahaan listrik melakukan aksi diam di depan kantor mereka, menuntut dipecatnya direktur perusahaan tersebut.

Para pekerja transportasi di Kairo menuntut Mubarak turun, jika tidak mereka mengancam akan membuat transportasi kota menjadi lumpuh. Di kota Kharga, sebelah barat daya Kairo, lima demonstran dilaporkan tewas setelah bentrok dengan pasukan keamanan.

Menurut kalangan pekerja kekayaan Mubarak sangat timpang dengan laporan Bank Dunia yang mengatakan 40% dari populasi Mesir hidup di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan 2 dollar/hari. Ditambah lagi, pemerintahan Mubarak pada Selasa lalu menaikkan gaji pegawai negeri hingga 15%, menambah jurang kesenjangan semakin lebar.

Pemerintah Mesir menetapkan upah minimum buruh sebesar 6 dollar (Rp 54 ribu) sejak tahun 1984 dan tidak mengalami perubahan hingga kini. Dilansir dari laman The Wall Street Journal, para buruh juga tidak memiliki kesempatan untuk mendirikan serikat buruh.

Mubarak sendiri meski ngotot tak mau mundur tapi disebut-sebut telah menyiapkan rencana mengungsi ke Jerman bilamana situasi di negerinya semakin keruh. Hal itu diungkapkan media terkemuka di Jerman, Der Spiegel. Tahun lalu Mubarak baru saja ke Jerman. Ia menjalani operasi kantong empedu dan polip di Klinik Universitas Heidelberg. “Ia akan menjalani pemeriksaan kesehatan lanjutan di spa kesehatan termewah di Eropa,” demikian dilansir Der Spiegel.

read more “Krisis Mesir : Ekspor RI ke Eropa-Afrika Tersendat”

Pengusaha Perabotan Was-was Soal Krisis Mesir


JAKARTA – Potensi kehilangan nilai penjualan produk furnitur Indonesia ke pasar internasional akibat konflik Mesir bisa mencapai 100 juta dolar AS. Hal ini bisa terjadi seandainya konflik tersebut berkepanjangan dan menggangu distribusi barang di terusan Suez.

Demikian disampaikan Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono, saat diskusi pengaruh krisis Mesir terhadap industri furnitur dan kerajinan Indonesia Rabu (9/2).

Sebetulnya, menurut Ambar nilai penjualan furnitur ke mesir masih jauh dibandingkan dengan Uni Emirat Arab. Pada 2010, di negara-negara timur tengah mesir menduduki urutan keenam impor furnitur Indonesia dengan nilai 3,922 juta dolar atau mendekati 4 juta dolar AS. Sementara total ekspor furnitur ke Timur Tengah pada tahun lalu mencapai 64,681 juta dolar AS.

“Jadi kalau dilihat Mesir itu hanya sekitar 6,06 persen dari nilai total ekspor furnitur kita ke sana,” jelasnya.

Namun bukan berarti konflik disana tidak bisa merambat ke yang lainnya. Bila terusan suez terganggu, menurut Ambar maka ekspor furnitur Indonesia ke Afrika dan Eropa pastinya akan tertahan. Padahal nilai ekspor ke dua belahan negara itu mendekati 100 juta dolar AS.

Pada 2011 ekspor furnitur ke Timur Tengah diharapkan naik 22 persen, dari sebelumnya 64,681 juta dolar AS menjadi sekitar 80 juta dolar AS.

http://www.republika.co.id
read more “Pengusaha Perabotan Was-was Soal Krisis Mesir”

Ekspor Mebel ke Timur Tengah Ditarget Naik 20 Persen


Jakarta -Ekspor Mebel ke Timur Tengah ditargetkan naik 20 persen tahun ini. "Sehingga ekspor tahun ini diharapkan bisa capai US$ 77,6-80 juta," kata Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahyono dalam Jumpa Wartawan di Jakarta, Rabu (9/2).

Menurut Ambar, selama ini ekspor ke Timur Tengah memang selalu tumbuh positif. Sebab, kebutuhan negara-negara Arab dan sekitarnya itu pada mebel Indonesia cukup tinggi.

Untuk menggenjot ekspor, asosiasi berusaha menjaring calon pembeli dari pameran International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA). "Sebab, biasanya 90 persen pengunjung IFFINA pasti melakukan transaksi," ujarnya.

Ambar berharap, banyak pembeli asal Timur Tengah yang datang ke pameran tersebut. Saat ini, calon pembeli asal Mesir saja yang sudah berencana hadir sebanyak 70 perusahaan. "Belum ada yang membatalkan," kata dia.

Terkait adanya konflik politik di Mesir, pengusaha juga merancang strategi untuk pengalihan ekspor. Beberapa negara tujuan ekspor lain diantaranya Iran. "Di Iran, kami buat rumah-rumah dari kayu," kata Ambar. Begitu juga ekspor ke negara lain seperti Abu Dhabi dan Dubai akan lebih ditingkatkan.

Dirjen Pengembangan Wilayah Industri, Kementerian Perindustrian, Dedi Mulyadi, melihat ekspor ke salah satu negara Timur Tengah yaitu Mesir memang sedang sulit. Jika ada hambatan ekspor melalui Terusan Suez, maka jalur pengiriman barang harus dialihkan. "Sehingga menambah biaya transportasi yang ditanggung pengusaha," kata dia.

http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2011/02/09/brk,20110209-312353,id.html
read more “Ekspor Mebel ke Timur Tengah Ditarget Naik 20 Persen”

Asmindo bidik transaksi US$450 juta dari Iffina


JAKARTA : Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) menargetkan penjualan sebesar US$450 juta dari kegiatan promosi bertajuk International Furniture & Craft Fair Indonesia (Iffina) 2011 yang digelar 11-14 Maret.

Ketua Umum Asmindo Ambar Tjahyono mengatakan untuk meningkatkan penjualan industri mebel dan kerajinan sangat ditentukan kegiatan promosi yang mulai digenjot pada awal tahun ini dengan mengundang para pembeli dari berbagai negara.

Sampai dengan awal Februari 2011, terdapat 2.276 calon pembeli yang sudah mendaftar dari 98 negara dan ditargetkan sampai dengan pelaksanaan pada Maret mendatang akan mencapai 3.500 calon buyer yang siap memborong produk mebel Indonesia.

“Tahun ini Asmindo menargetkan ekspor akan naik 22% menjadi sekitar US$3 miliar sehingga promosi harus digencarkan sejak awal tahun agar industri ini bisa tumbuh meskipun dihadapkan pada sejumlah tekanan di dalam negeri yang cukup memberatkan pelaku usaha,” katanya hari ini.

Menurut Ambar, berdasarkan pengalaman pada tahun lalu peminat terbesar terhadap produk mebel Indonesia dari Australia, Prancis, AS, Malaysia dan India serta Belanda dan Spanyol, sehingga untuk tahun ini diharapkan juga pemberli terbesar akan datang dari negara tersebut.

Untuk itu, Asmindo mengemas promosi berstandar internasional agar potensi buyer yang bisa dijaring bisa semakin besar yang tentunya akan mendongkrak kinerja ekspor dari industri mebel dan kerajinan pada tahun ini.

Menurut Ambar, pihaknya berinisiatif mewadahi promosi kelas internasional di dalam negeri mengingat tingkat efektivitas untuk penjualan produk justru lebih optimal dengan cara mengundang langsung para calon pembeli untuk datang ke Indonesia.

“Kalau pameran di luar negeri itu tidak akan optimal untuk mengikat transaksi dan mendongkrak penjualan, apalagi anggarannya sangat kecil, paling hanya untuk penguatan branding image beberapa perajin saja. Sedangkan untuk peningkatan ekspor harus dengan penguatan promosi seperti ini." (ra)

read more “Asmindo bidik transaksi US$450 juta dari Iffina”

Perajin mebel tersengat tarif listrik


JAKARTA : Industri mebel dan kerajinan tertekan akibat kenaikan tarif dasar listrik yang menambah beban biaya produksi hingga 2% sehingga berpotensi mengurangi terhadap pendapatan.

Di samping itu, rencana pencabutan bahan bakar minyak bersubsidi dan ancaman kenaikan suku bunga kredit perbankan diperkirakan semakin memperberat beban yang ditanggung pelaku industri tersebut.

Ketua Umum Asmindo Ambar Tjahyono mengatakan industri mebel dan kerajinan lebih banyak mendapatkan hambatan dari dalam negeri mulai dari kenaikan tarif dasar listrik akibat pencabutan capping, sampai dengan pencabutan BBM bersubsidi dan potensi kenaikan bunga kredit perbankan.

“Sekarang saja sudah ada keluhan dari beberapa industri mebel menengah di Jepara dan Yogyakarta yang beban listriknya naik hingga 25% dari Rp15 juta menjadi Rp20 juta per bulan, tentunya ini dialami seluruh perajin mebel dan kerajinan yang mayoritas industri kecil menengah,” katanya hari ini.

Menurut Ambar, pihaknya akan membuat surat resmi kepada pemerintah dan PLN untuk mengevaluasi kenaikan tarif dasar listrik itu agar beban kenaikannya wajar dengan sistem perhitungan yang lebih transparan.

Perajin mebel di daerah juga sudah mulai mengkhawatirkan ancaman kenaikan bunga kredit bank dari saat ini sekitar 13% diperkirakan dalam satu sampai dua bulan ke depan bisa naik 2% menjadi sekitar 15%-16%.

“Kalau beban produksi di dalam negeri terus naik tentu sangat menghambat perajin mebel untuk bisa meningkatkan usahanya, belum lagi pencabutan subsidi BBM tentu akan membuat daya saing semakin lemah dan bisa menimbulkan putus harapan bagi pengusaha daerah.”

Ambar menyatakan seharusnya pemerintah bisa lebih memperhatikan sektor mebel dan kerajinan yang menyerap tenaga kerja sangat besar dan masuk dalam 10 industri unggulan yang menyumbang terhadap kinerja ekspor nasional. (ra)

read more “Perajin mebel tersengat tarif listrik”

Perdagangan Indonesia-China


Sejak disepakatinya perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) dimulai tanggal 1 Januari 2010, produk jadi dari China membanjiri pasar domestik. Kawasan perdagangan baru mulai bermunculan dan kawasan perdagangan lama juga ikut ramai. Organisasi Perdagangan Dunia mengatakan, setidaknya sekitar 400 kawasan perdagangan beroperasi pada tahun 2010. Hal ini menjadikan langkah awal menuju perdagangan global liberalisasi yang luas.

Selain itu, China yang memiliki penduduk sekitar 1,4 miliar jiwa dan daerah yang sangat luas menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan industri dan perdagangan. China seolah menjadi harapan besar untuk mendongkrak omzet perdagangan industri.

Setelah satu tahun disepakatinya perdagangan bebas ACFTA ini, neraca perdagangan Indonesia-China menunjukkan nilai surplus bagi China. Namun begitu, Indonesia masih mempunyai peluang untuk surplus asalkan ada upaya-upaya nyata dari pemerintah untuk mendongkrak ekspor barang jadi ke China.

Duta Besar Republik Indonesia untuk China Imron Cotan mengatakan, walaupun Indonesia mengalami defisit, tapi peluang untuk surplus masih ada, mengingat pasar di China sangat besar. ”Selama ini ekspor yang kita lakukan ke China masih berupa energi dan minyak serta bahan baku. Belum banyak produk yang kita bisa ekspor ke China, terutama hasil perkebunan dan buah-buahan, karena mereka miskin akan sumber daya alam,” kata Imron di Beijing, Kamis (13/1/2011).

Hingga akhir 2010, tercatat neraca perdagangan Indonesia-China berada dalam posisi 49,2 miliar dollar AS dan 52 miliar dollar AS. Artinya, barang Indonesia yang diekspor ke China nilainya 49,2 miliar dollar AS, sedangkan barang China yang diekspor ke Indonesia nilainya 52 miliar dollar AS. Neraca perdagangan Indonesia defisit sekitar 2,8 miliar dollar AS. Namun, Imron menambahkan, neraca ini berdasarkan catatan China.

Sedangkan menurut catatan Indonesia, defisit yang dialami Indonesia sebenarnya sekitar 5 miliar-7 miliar dollar AS. ”Perhitungan di Indonesia hanya mencatat FOB, harga barang saja. Sedangkan China juga menghitung ongkos kirim dan asuransi. Tidak ada yang salah dengan perhitungan ini karena kita hanya menjual barang tanpa mau mengurus ongkos kirim hingga barang selamat sampai di tempat. China mendapatkan keuntungan lebih dari ongkos kirim ini,” papar Imron.

Imron menjelaskan, ketika ACFTA ini belum dijalankan, posisi neraca perdagangan Indonesia-China adalah surplus untuk Indonesia. Namun, nilai transaksinya masih sangat kecil. Pada 2009, impor China dari Indonesia sebesar 17,1 miliar dollar AS, sedangkan impor Indonesia dari China sebesar 13 miliar dollar AS. Jika dilihat dari nilai, setelah ACFTA nilai transaksi justru melambung secara signifikan.

Walaupun secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit, tetapi di empat provinsi yang menjadi pusat perdagangan, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus. Keempat provinsi itu adalah Guangdong, Fujian, Guangxi, dan Hainan. Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk China Edi Yusuf mengatakan, nilai neraca perdagangan Indonesia dengan keempat provinsi China itu pada 2010 mengalami peningkatan yang cukup tajam.

Jika pada tahun 2009 nilai ekspor China (empat provinsi) ke Indonesia mencapai 3,36 miliar dollar AS, pada tahun 2010 meningkat menjadi 6,13 miliar dollar AS. Sementara untuk nilai impor China dari Indonesia pada tahun 2009 mencapai 4,3 miliar dollar AS, dan pada tahun 2010 mencapai 6,86 miliar dollar AS.

Barang-barang yang diimpor dari China sebagian besar berupa perkakas listrik, mesin, produk besi baja, tekstil, keramik, plastik, makanan olahan, garmen, kerajinan tangan, pupuk, aluminium, produk makanan dan minuman, serta produk laut.

Sedangkan produk yang ekspor dari Indonesia ke China adalah minyak bumi, mesin listrik, minyak makan, kertas, kayu, karet, bijih besi, dan tin.

”Potensi investasi yang bisa dikembangkan oleh Indonesia adalah pembangunan infrastruktur, manufaktur bahan baku industri unggulan, pengolahan sumber daya alam, dan sebagainya,” kata Edi.

Sedangkan Duta Besar Imron mengatakan, potensi Indonesia masih besar karena banyak produk Indonesia yang masuk ke China lewat negara lain, misalnya manggis. ”Produk terbesar manggis ada di Indonesia. Tetapi, mengapa China mengimpor manggis dari negara lain. Itu manggis Indonesia,” kata Imron.

Potensi lain yang menjanjikan adalah kopi. Saat ini kopi baru dikenal di China. Sebelumnya mereka tidak mengenal kopi. Tetapi karena di China banyak orang asing, dan banyak orang China yang pernah tinggal dan sekolah di luar negeri, maka budaya minum kopi makin lama makin dikenal di China. Kebutuhan akan kopi pun mulai meningkat. Apalagi kini mulai banyak ditemui kedai-kedai kopi dengan sasaran remaja dan profesional muda. (ARN)

http://bisniskeuangan.kompas.com

read more “Perdagangan Indonesia-China”

Pengaruh KISRUH MESIR pada Industri


Perkembangan politik yang terus memanas di Mesir berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Harga minyak mentah internasional yang terus meningkat akibat kondisi di Mesir, misalnya, menimbulkan tekanan pada anggaran subsidi bahan bakar minyak pada APBN. Industri mebel, pariwisata, dan pengerahan tenaga kerja Indonesia dengan tujuan Mesir bakal terpukul.

Mesir memang bukan negara pengekspor minyak mentah. Harga minyak membubung karena sekitar 3 juta barrel minyak mentah setiap hari diangkut kapal tanker melintasi Terusan Suez yang berada di wilayah Mesir. Spekulasi yang ada di pasar, kemungkinan gangguan keamanan pada jalur pelayaran utama pergi pulang Timur Tengah dan Eropa Barat itu membuat harga minyak terus meningkat tajam.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, pekan lalu, mengakui, perkembangan harga minyak mentah dunia terus dicermati setiap saat. ”Sebab, kenaikan harga minyak mentah ini menjadi pemicu dari kenaikan harga komoditas lain,” ujar Hatta. Kenaikan komoditas lain, termasuk bahan makanan, jelas akan mendorong inflasi di dalam negeri yang pada Januari 2011 sudah menembus angka 7 persen dibandingkan Januari 2010.

Harga minyak pada hari Jumat di bursa komoditas London dan New York terkoreksi setelah sebelumnya sempat melonjak di atas 100 dollar AS per barrel. Harga minyak light sweet untuk pelepasan bulan Maret di New York turun 1,51 dollar AS menjadi 89,03 dollar AS per barrel. Sedangkan minyak Brent di London untuk pelepasan bulan Maret turun 1,93 dollar AS menjadi 99,83 dollar AS per barrel. Minyak Brent sebelumnya bertahan pada posisi 102 dollar AS per barrel.

Perkembangan harga ini menambah beban bagi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada APBN 2011 karena asumsi harga minyak mentah Indonesia pada APBN 2011 adalah 80 dollar AS per barrel. Subsidi BBM pada APBN 2011 ditetapkan sebesar Rp 92,79 triliun, meningkat dari Rp 88,89 triliun pada APBN 2010.

Namun, Hatta Rajasa menegaskan, ada rezeki nomplok dari setiap kenaikan harga minyak mentah dunia. Memang setiap kenaikan harga minyak sebesar 1 dollar AS per barrel di atas asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam APBN 2011 akan menambah beban subsidi BBM dan listrik sebesar Rp 3,2 triliun.

Akan tetapi, menurut Hatta, pada saat yang sama, kenaikan harga minyak mentah tersebut juga akan meningkatkan penerimaan negara dari hasil penjualan minyak dan gas sebesar Rp 2,7 triliun. Namun, tetap ada selisih Rp 0,5 triliun yang menambah beban subsidi.

Ekspor furnitur

Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Polah Tjahyono, yang dihubungi di Yogyakarta, Minggu (6/2/2011), mengatakan, potensi ekspor furnitur yang sebagian besar didominasi oleh rotan ke Mesir, sekitar 12 juta dollar AS atau setara dengan Rp 108 miliar, akan hilang.

Situasi keamanan yang semakin tidak kondusif di Mesir juga menggagalkan kerja sama Indonesia dan Mesir untuk menggarap eceng gondok sebagai bahan baku furnitur.

Ambar mengatakan, ”Ekspor kita ke Mesir mencapai sekitar 2,4 juta dollar AS. Namun, ekspor juga pernah mencapai 4 juta dollar AS pada 2008 yang sebagian besar didominasi produk rotan. Sekarang ini ekspor relatif berhenti total. Tak ada eksportir atau perajin yang berani mengekspor ke sana meski produk mebel sebetulnya tak akan kedaluwarsa.”

Menurut Ambar, selain kendala logistik pengiriman barang, pengusaha juga khawatir soal pembayaran. Kerusuhan di Mesir juga mengganggu ekspor furnitur Indonesia ke negara-negara di Timur Tengah dan Afrika. Harga ekspor per peti kemas diperkirakan ikut naik.

Ambar mengatakan, Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, pernah merintis dan berkoordinasi dengan Asmindo untuk bekerja sama menggarap eceng gondok yang tumbuh liar di Sungai Nil.

Sementara itu, Direktur Lembaga Pengembangan Informasi Pariwisata Indonesia Diyak Mulahella mengatakan, sektor pariwisata di Indonesia pun akan terkena dampak. Walaupun secara kuantitas jumlah wisatawan dari Mesir dan sekitarnya yang dikelompokkan sebagai negara kawasan Timur Tengah sedikit, potensi devisa yang hilang sangat besar.

”Bayangkan saja, setiap kali berkunjung ke Indonesia, wisatawan Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain, rata-rata mengeluarkan 1.500-2.500 dollar AS,” ujar Diyak.

Berdasarkan data Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, jumlah wisatawan dari Timur Tengah selama Januari-Desember 2010 sebanyak 77.890 orang. Wisatawan dari Arab Saudi mencapai 68.878 orang, Mesir 3.277 orang, Uni Emirat Arab 4.906 orang, dan Bahrain 829 orang.

Sementara itu, jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) di Mesir relatif sedikit. Berdasarkan data pada KBRI Kairo, jumlah TKI mencapai 1.002 orang. Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, mereka bukan TKI ilegal, melainkan individu yang berangkat secara mandiri.

Mesir belum menjadi negara tujuan penempatan TKI karena belum memiliki perjanjian perlindungan pekerja dengan Indonesia. Sebagian besar TKI, terutama pembantu rumah tangga, masuk ke Mesir melalui Jordania. Hal ini juga terjadi di sejumlah negara lain, seperti Suriah, Irak, dan Iran.

”Ternyata tidak semua ingin pulang. Namun, TKW juga jadi prioritas untuk dipulangkan,” ujar Muhaimin.

Source :
http://bisniskeuangan.kompas.com
read more “Pengaruh KISRUH MESIR pada Industri”

Pengusaha Tekstil & Mebel Tunda Ekspor Ke Timteng


Eksportir mebel dan tekstil terus mengamati perkembangan krisis politik di Mesir. Sudah ada pembatalan ekspor ke negara-negara di Timur Tengah (Timteng).

Pengusaha dalam negeri terutama para pengusaha mebel yang tergabung dalam Asosiasi Industri Permebelan dan Keraji­nan Indonesia (Asmindo) sangat mengkhawatirkan kondisi di Mesir. Apalagi, Afrika dan Timur Tengah (Timteng) sudah jadi pasar ekspor baru bagi industri me­bel dalam negeri.

Ketua Umum As­mindo Ambar Tjahyono menga­takan, masalah utama industri mebel itu di kargo. Sebab, barang-barang ekspor se­lalu melewati daerah tersebut (Te­rusan Suez, Mesir) untuk menuju Timteng. Dengan naiknya ketega­ngan di wilayah tersebut, maka akan mun­cul tambahan biaya.

Selain itu, pihaknya juga ce­mas krisis di Mesir ini bisa me­ram­bah ke negara-negara te­tangga seperti Jordania.

“Tentu akan ada penga­ruhnya yang cukup siginif­kan, apalagi kita baru garap pasar-pasar di Timteng. Dengan kisruh Mesir ini, termasuk di Tu­nisia, kita segera merapatkan bari­san. Ini berpengaruh ke target ekspor kita,” kata Ambar kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.

Ditambahkan, ekspor mebel ke Timteng baru sekitar 10 persen dari total ekspor industri mebel. Bah­kan, pihaknya men­dapatkan pesanan seperti di Abu Dabi, Jeddah Arab Saudi, Dubai dan Iran.

Meski ekspor mebel ke Mesir masih kecil, namun Asmindo su­dah melakukan kerja sama atau penandatanganan kerja sama (Me­morandum of Under­stan­ding) dengan perusahaan Mesir untuk menggarap Eceng Gondok di Sungai Nil. “Dengan kejadian di Mesir saat ini, terpaksa kita tunda,” curhat Ambar.

Tidak hanya itu, Asmindo juga mengkhawatirkan kejadian se­perti ini akan membuat target ekspor sebesar 20 persen akan me­leset. Padahal, tahun lalu ekspor mebel naik 22 persen atau melebih target awal 15 persen.

Selain industri mebel, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat membenar­kan jika kisruh Mesir saat ini bisa mengancam ekspor tekstil. “Jelas ada pengaruhnya, karena faktor Terusan Suez yang ikut mem­pe­ngaruhi harga mi­nyak, sehingga harga bahan polyster pun ikut naik,” ujar Ade kepada Rakyat Mer­deka via SMS, kemarin.

Namun, Menko Perekonomian Hatta Rajasa menganggap krisis politik di Mesir hanya sementara. “Te­ru­san Suez tentu tidak akan ter­gang­gu, karena wilayah itu ma­­­suk pe­rairan internasional,” tukas Hatta. [RM]

Source :
http://ekbis.rakyatmerdeka.co.id
read more “Pengusaha Tekstil & Mebel Tunda Ekspor Ke Timteng”

Industri Furniture dalam Ekomoni Indonesia


Perkembangan industri furniture di Indonesia selama ini tidak lepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah. Pemberian kemudahan dalam berinvestasi dan perolehan bahan baku kayu log, mendorong industri furniture semakin berkembang, bahkan industri-industri furniture yang sempat terpuruk dimasa krisis kini mulai bangkit kembali.

Sementara itu kebutuhan furniture di dalam negeri juga terlihat cenderung meningkat, sejalan dengan mulai membaiknya bisnis properti di Indonesia. Karena sebagaimana diketahui kebutuhan akan rumah tinggal yang sehat juga terlihat semakin meningkat dan secara tidak langsung kebutuhan akan perabotan rumah tangga pun akan meningkat pula. Salah satu perlengkapan rumah tangga yang dibutuhkan antara lain adalah furniture, baik berupa perlengkapan ruang tamu, perlengkapan ruang tidur, perlengkapan ruang dapur dan perlengkapan ruang belajar. Perlengkapan furniture yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal umumnya adalah terbuat dari bahan dasar kayu dimana jenis ini memang sudah lama menjadi bahan dasar dalam pembuatan furniture di Indonesia.

Selain rumah tinggal, perkantoran, hotel serta bangunan komersial lainnya, juga merupakan jenis bangunan yang membutuhkan furniture dengan pemanfaatan yang relatif sama dengan rumah tinggal hanya berbeda dalam kualitasnya saja.

Sementara itu pasaran ekspor furniture Indonesia, terlihat mulai membaik kembali, setelah tahun lalu sempat mengalami penurunan. Tanda-tanda mulai membaiknya kembali pasar ekspor tersebut antara lain terlihat dalam triwulan pertama tahun 2002 dimana minat kalangan pembeli dari pasar lama, Eropah Barat dan Amerika Serikat meningkat lagi setelah mengalami penurunan pada pasca tragedi di WTC 11 September tahun 2001 lalu.

Berdasarkan data BPS, nilai ekspor furniture Indonesia ke AS masih meningkat 31, 55 %, yakni dari US$ 424,9 juta pada tahun 2000 menjadi US$ 438.3 juta pada tahun 2001.

Gambaran mulai membaiknya kembali bisnis furniture di Indonesia, juga terlihat dari jumlah anggota ASMINDO yang pada tahun 1998 lalu berjumlah 531 perusahaan dan pada tahun 2002 ini menjadi 800 perusahaan.


Source :

http://binaukm.com/2010/04/industri-furniture-dalam-ekomoni-indonesia/

read more “Industri Furniture dalam Ekomoni Indonesia”