Pengusaha Perabotan Was-was Soal Krisis Mesir


JAKARTA – Potensi kehilangan nilai penjualan produk furnitur Indonesia ke pasar internasional akibat konflik Mesir bisa mencapai 100 juta dolar AS. Hal ini bisa terjadi seandainya konflik tersebut berkepanjangan dan menggangu distribusi barang di terusan Suez.

Demikian disampaikan Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono, saat diskusi pengaruh krisis Mesir terhadap industri furnitur dan kerajinan Indonesia Rabu (9/2).

Sebetulnya, menurut Ambar nilai penjualan furnitur ke mesir masih jauh dibandingkan dengan Uni Emirat Arab. Pada 2010, di negara-negara timur tengah mesir menduduki urutan keenam impor furnitur Indonesia dengan nilai 3,922 juta dolar atau mendekati 4 juta dolar AS. Sementara total ekspor furnitur ke Timur Tengah pada tahun lalu mencapai 64,681 juta dolar AS.

“Jadi kalau dilihat Mesir itu hanya sekitar 6,06 persen dari nilai total ekspor furnitur kita ke sana,” jelasnya.

Namun bukan berarti konflik disana tidak bisa merambat ke yang lainnya. Bila terusan suez terganggu, menurut Ambar maka ekspor furnitur Indonesia ke Afrika dan Eropa pastinya akan tertahan. Padahal nilai ekspor ke dua belahan negara itu mendekati 100 juta dolar AS.

Pada 2011 ekspor furnitur ke Timur Tengah diharapkan naik 22 persen, dari sebelumnya 64,681 juta dolar AS menjadi sekitar 80 juta dolar AS.

http://www.republika.co.id

0 komentar:

Posting Komentar