
JAKARTA, - Menghadapi krisis politik di Mesir kalangan pengusaha mebel dan furnitur mulai mengalihkan pasar ke negara Timur Tengah lainnya. Irak dan Iran menjadi incaran karenanya kedua negara tersebut selama ini mengandalkan furnitur Malaysia dan China, yang notabene kualitasnya kurang bagus.
Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahyono, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (9/2/2011). "Kami yakin bisa mengambil alih peranan China dan Malaysia karena kualitas mebel Indonesia jauh lebih bagus," katanya.
Pengalihan pasar menjadi pilihan karena krisis politik di Mesir diperkirakan masih akan berlangsung hingga enam bulan mendatang. "Kalau tidak ada pengalihan, ekspor mebel ke Timur Tengah akan terganggu karena ekspor ke Mesir dipastikan turun. Mesir menduduki posisi keenam bagi ekspor Indonesia ke Timur Tengah," katanya.
Nilai ekspor mebel ke Mesir tahun 2010 tercatat 3,9 juta dollar AS, sementara nilai keseluruhan ke Timur Tengah sebesar 64,6 juta dollar AS. Mesir menjadi pasar potensial karena negara tersebut banyak bergantung pada sektor pertanian dan pariwisata. Sektor mebel tidak banyak berkembang di Negeri Piramid tersebut.
Asmindo khawatir konflik Mesir meluas hingga berdampak pada penutupan Terusan Suez. Jika kondisi terburuk tersebut terjadi, potensi kerugian industri mebel berkisar 100 juta dollar AS. Pasalnya Mesir juga memegang peranan penting dalam lalu lintas perdagangan menuju Afrika dan Eropa. (KOMPAS.com)
0 komentar:
Posting Komentar